TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai wajar jika PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengalami penurunan laba bersih pada kuartal I 2016 menjadi 1,02 juta dolar AS, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 11,4 juta dolar AS.
Menurutnya, faktor utama yang menekan keuntungan Garuda selain penambahan pesawat secara grup, yaitu pada awal tahun terjadi low season yang akhirnya perseroan menurunkan harga tiket dan dampaknya laba bersih yang diraih menipis.
"Ketika trafiknya sepi, mereka (maskapai) akan turunkan harga dan ini (menyebabkan) labanya berkurang," ujar Hans, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Atas penurunan laba tersebut, Hans menilai jika terjadi koreksi pada harga Garuda yang berada dikisaran Rp 435 hingga Rp 470 per saham, maka investor perlu mengakumulasi untuk meraih keuntungan.
"Level resistance terdekat itu Rp 550, jadi sudah cukup bagus dapat untung ketika masuk di level Rp 435 sampai Rp 470 per saham," ujar Hans.
Lebih lanjut Hans mengatakan, saham Garuda sebaiknya untuk ditransaksikan secara jangka pendek saja, bukan dijadikan sebagai investasi jangka panjang. "Saham Garuda untuk trading saja, tidak untuk investasi," ucapnya.
Tercatat, harga saham GIAA pada pukul 14.25 WIB berada di level Rp 505 atau melemah 10 poin (1,94 persen).