TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengelolaan Blok Mahakam oleh PT Pertamina (Persero) tanpa melibatkan PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation menjadi pilihan ideal demi ketahanan energi nasional.
Meski berisiko, Pertamina akan lebih banyak mendapat keuntungan dengan mengelola sendiri Blok Mahakam.
"Pertamina harus berani mengelola sendiri dan harus bisa. Ini untuk menunjukkan ke depan bahwa kita mampu," ujar Rudy Laksmono Widayatno, Kepala Program Studi Ketahanan, Universitas Pertahanan, Kamis (23/6/2016).
Menurut Rudy, terdapat dua unsur ketahanan energi, yakni availability dan affordability. Availability yaitu ketersediaan dalam hal ini dari sumber daya alam Indonesia sendiri dan Affordability yang pada akhirnya keterjangkauan harga oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Menurut Rudy, keterlibatan Total dan Inpex, sudah tidak diperlukan lagi. Selain kontraknya sudah habis, kedua perusahaan tersebut sudah lama mengelola dan mengolah Blok Mahakam yang diikuti dengan karyawan Indonesia.
"Apakah waktu yang sekian lama tersebut tidak bisa ditiru oleh anak bangsa sendiri? Seharusnya manajemen Indonesia mempunyai target capaian yang disisipkan kepada karyawan Total saat ini," ungkap Rudy.
Rudy menyebut target yang harus dicapai adalah harus mampu ATM, yakni Amati, Tiru, dan Modifikasi.
Bila ini masih kurang dapat dilanjutkan dengan ACM, yakni, Amati, Curi, dan Modifikasi. Negara-negara yang maju, seperti Jepang, Korea Selatan, China dan Taiwan sekarang mengikuti cara seperti ini.
"Apakah kita masih terus mempertahankan menjadi penonton di negeri sendiri? Lebih suka disebut good boy oleh bangsa lain dan puas dengan pujian," ungkapnya.
Rudy menambahkan semua keputusan pasti ada risikonya. Risiko yang dihadapi Pertamina jika mengelola sendiri Blok Mahakam adalah potensi penurunan produksi karena belum siap mengambil alih pengelolaan dan pengolahan.
Berbeda jika tetap menggandeng Total, tentu masih terjadi kelancaran proses pengelolaan dan pengolahan.
"Solusinya Pertamina harus memperkecil gap antara dikelola sendiri dan pada saat dikelola Total," kata dia.
Meski berisiko, Pertamina dinilai akan memperoleh banyak keuntungan jika mengelola sendiri, karena ada proses pembelajaran langsung (learning by doing).
Walaupun kurvanya sementara akan turun sebentar kemudian akan naik karena sudah menguasai teknologi pengelolaan dan pengolahan.