TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean menilai PT PLN lambat dalam bekerja membangun proyek 35 ribu megawatt.
Keterlambatan ini menurut Ferdinand ketika PLN mencari pengembang swasta yang tergabung Independen Power Producer (IPP).
Dalam penjelasannya, Ferdinan memaparkan perseroan memakai pola prakualifikasi dalam menyaring dan melakukan tender IPP. Padahal proyek 35 ribu megawatt butuh waktu cepat untuk pembangunannya.
"Untuk membuat dokumen data tender saja perlu waktu waktu sangat lama, sekitar 2 sampai 3 tahun," ujar Ferdinand, Selasa (30/8/2016).
Hal terpenting dalam sebuah tender kelistrikan, adalah kualitas sebuah perusahaan IPP. Jika sudah memenuhi persyaratan, Ferdinand ingin PLN segera menunjuk dan mengerjakan tugas secara cepat.
"Harusnya bisa dilakukan melalui beauty contest yang lebih singkat namun tetap efektif dalam menjaga kualitas pemenang," kata Ferdinand.
Ferdinand mengaku pesimis jika PLN bisa menyelesaikan proyek 35 ribu megawatt tepat waktu. Ferdinand juga menyebutkan ada beberapa proyek yang gagal tender oleh PLN seperti PLTU Sumsel 9 (1200 MW), Sumsel 10 (600 MW), Jawa 5 (2.000 MW), PLTMG Pontianak (100 MW), dan PLTG Scattered (180 MW).
"Saya akan potong kambing kalau PLN tepat waktu," kata Ferdinand.