TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ide memasukkan Jack Ma, bos besar perusahaan e-commerce raksasa China, Alibaba, menjadi dewan pengarah peta jalan e-commerce Indonesia dinilai bisa membahayakan.
Sebab, bisa jadi bisnis e-commerce Indonesia dilibas oleh pemain asing dalam ketatnya persaingan global.
Hal itu dinyatakan oleh Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala.
Dia menilai ajakan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bisa menjadi bumerang bagi industri e-commerce Indonesia.
"Aksi yang terakhir (mengajak Jack Ma), itu sudah cukuplah. Ini kalau dibiarkan bisa habis ekonomi digital RI dijual murah semua ke asing. Presiden harus lihat kalau aksi yang terlihat populis ini bisa membahayakan kedaulatan ekonomi digital dan membuat kompetisi tak sehat di industri," jelasnya, Rabu (7/9).
Menurut dia, ide mengangkat Jack Ma sebagai dewan pengarah peta jalan e-commerce seperti memberikan karpet merah bagi pengusaha asal China itu untuk menguasai e-commerce Indonesia.
Padahal, pemain asing yang mau menggarap e-commerce Indonesia bukan hanya dari China saja. Hal itu terlihat dari banyaknya pemodal ventura yang menggelontorkan uang ke startup lokal.
"Kita ini ibarat gadis cantik yang diburu banyak pemuda, kenapa kita tak pintar-pintar bawa diri untuk meningkatkan valuasi?" ujarnya.
Dia mengingatkan bahwa China saat ini tengah membangun kembali kejayaan jalan sutra (silk road) dengan adanya e-commerce.
Jika Indonesia tak pintar memposisikan diri dan menjaga kedaulatan, bisa berubah hanya menjadi bagian kecil dari perdagangan online internasional bukan sebagai pemain utama.
"Presiden Jokowi punya harapan Indonesia menjadi energi digital Asia, apa dengan cara-cara yang ditunjukkan Rudiantara itu tercapai?" lanjut dia.
Penasihat e-commerce
Sebelumnya, ketika melakukan kunjungan ke markas Alibaba, Rudiantara mengajak Jack Ma masuk dalam dewan pengarah e-commerce Indonesia seperti yang dirancang dalam peta jalan e-commerce beberapa bulan lalu.
"Kita akan punya peta jalan e-commerce. Dalam peta jalan itu juga diamanahkan dibentuk tim pengarah yang terdiri dari para menteri dan ketua/kepala lembaga. Nah, untuk confidence dan jelas arahnya, perlu ada tokoh dunia yang berhasil untuk diposisikan sebagai penasehat sekaliber Jack Ma," kata dia.
Asal tahu saja, Indonesia disebut-sebut memiliki potensi besar untuk e-commerce. Pada 2015, pengguna internet di Indonesia mencapai 93,4 juta jiwa, meningkat cukup pesat jika dibandingkan dengan 88,1 juta jiwa pada 2014.
Potensi e-commerce terlihat 77 persen penggunaan internet untuk mencari informasi produk dan berbelanja online. (Baca juga: G20 Jadikan Alibaba Sebagai Contoh Geliat E-commerce)
Selain itu, pelanggan online shop mencapai 8,7 juta orang, dan nilai transaksi online diprediksi mencapai 4,89 miliar dolar AS pada 2016. Pada 2020, volume e-commerce diprediksi dapat mencapai 130 miliar dolar AS. (Aprillia Ika)