News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Proyek Penanaman Gandum di Indonesia Perlu Dikembangkan

Penulis: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) menghargai berbagai langkah terobosan dan konsistensi Universitas Kristen Satya WAcana (UKSW) dalam hal pemuliaan tanaman gandum.

Apalagi sejak tahun 2004, UKSW sudah bisa mandiri dalam hal pengadaan benih bahkan hasil panen sudah menjadi kegiatan usaha.

Demikian ditegaskan Franciscus Welirang, Ketua Umum APTINDO dalam siaran pers dalam rangka Festival Panen Raya Gandum UKSW, Kamis 8 September di Desa Wates, Salatiga.

Panen kali ini merupakan panen yang ke-17, yang diawali dengan pemberian bantuan benih dari Bogasari bernama benih Gandum 2000 Bogasari.

“Dari mulai panen perdana tahun 2000 sampai tahun 2003, hasil panen digunakan untuk kebutuhan riset. Lalu sejak tahun 2004 hasil panen semakin membaik dan tidak lagi hanya untuk kebutuhan riset, tapi juga untuk kegiatan usaha. Jadi benih hasil panen sudah bisa diperjualbelikan. Bahkan sejak tahun 2005. UKSW sudah mampu membina kemitraan dengan petani lokal dengan memberikan bantuan benih. Antara lain kemitraan petani di Kopeng, Banjarnegara, dan Boyolali,” jelas Franciscus Welirang yang juga Direktur Indofood dalam rilisnya, Kamis (8/9/2016).

Franciscus Welirang atau yang akrab disapa Franky Welirang ini, sangat mengapresiasi UKSW karena satu-satunya perguruan tinggi yang konsisten dengan riset tanaman gandum sejak belasan tahun yang lalu sampai sekarang ini. UKSW menanam gandum di 2,8 ha kebun percobaan Salaran UKSW, Desa Wates. Sejak tahun 2005, UKSW sudah melakukan mekanisasi mulai dari pengolahan tanah, penanaman dan panen gandum.

“Kami bangga dengan USKW yang sangat mandiri. Dan sudah sepatutnya penanaman dan penelitian tanaman alternatif gandum ini dikembangkan oleh perguruan tinggi lainnya. Tentu memang butuh dukungan dari pemerintah baik dalam hal kebijakan maupun anggaran. Buktinya, UKSW yang awalnya dibantu dan hanya dalam waktu 3 tahun akhirnya bisa mandiri.

Franky memaparkan, tahun 1998, melalui program beasiswa penelitian “Bogasari Nugraha” PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari menyelenggarakan sayembara penelitian berbasis gandum dan tepung terigu.

“Tim pakar Bogasari Nugraha pun dikirim ke Pusat Gandum India menjajagi kerja sama. Melalui MoU antara Departemen Pertanian RI dan Departemen Pertanian India, Bogasari boleh merilis benih gandum dari India ke Indonesia dengan nama DWR162,” ujarnya.

Tahun 1999, benih yang didatangkan dari India diberikan kepada UKSW Salatiga, IPB, Unibraw, UGM, Unsoed, dan Universitas Slamet Riyadi. Uji tanam oleh para peneliti di kampus-kampus tersebut menuai hasil dalam beberapa kali panen di tahun 2000 – 2005.

“Program upaya penanaman gandum itu dinamakan Gandum 2000 Bogasari, sesuai tahun panen perdananya. Dan, hingga tahun 2016 ini yang masih konsisten dalam pengembangan tanaman dan rutin melakukan panen setiap tahun gandum hanyalah UKSW Salatiga,” jelas Franky Welirang.

Ia mengatakan, gandum yang telah berhasil ditanam di Indonesia memang bukan dimaksudkan sebagai pasokan bahan baku industri, tetapi sebagai sebuah upaya menjadikannya sebagai alternatif pangan masyarakat.

Lupakan pemanfaatannya untuk industri. Gandum yang dipanen di Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam proyek gandum Bogasari telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Mereka bisa menumbuk dan menanak bubur gandum, karena kulit dan tepungnya bisa dimakan sekaligus. Pabrik-pabrik kecap juga mulai ada yang memanfaatkan gandum lokal ini,” tegas Franky.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini