TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengklaim realisasi investasi pada 2016 tidak kurang dari target.
Sebelumnya, target investasi BKPM sepanjang 2016 sebesar Rp 600 triliun, atau naik 15% dari realisasi 2015 sebesar Rp 519,5 triliun.
Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengungkapkan, berbagai kebijakan yang dikeluarkan mampu mendorong investasi tumbuh sesuai harapan.
Namun demikian, pencapaian ini bukan hal yang luar biasa, mengingat tren pertumbuhan realisasi investasi, memang selalu dalam tren seperti itu.
Justru, tantangan yang lebih besar akan dihadapi BKPM pada tahun-tahun mendatang. Untuk tahun ini, target pertumbuhan investasi masih cukup moderat yaitu hanya tumbuh 14% dari realisasi 2016.
Beban baru akan dirasakan cukup berat pada tahun 2018, karena pemerintah ingin realisasi investasi bisa tumbuh hingga 45% dari realisasi tahun ini, atau sebesar Rp 863 triliun.
"Meski itu target tahun 2018, kerja keras harus kita mulai sejak saat ini," ujar Kepala BKPM Thomas Lembong, Rabu (4/1/2016).
Untuk itu, berbagai strategi dan kebijakan akan dikeluarkan pemerintah. Diantaranya, dengan akan semakin mempermudah investasi asing masuk melalui relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI).
Namun, Tom enggan membuka sektor investasi baru yang akan dibukan untuk asing ini. Ia hanya bilang, saat ini masih dalam tahap pembicaraan diantara Kementerian terkait.
Yang jelas, menurutnya banyak sektor yang selama ini tertutup untuk investasi masuk tidak hanya bagi investor asing, tetapi juga bagi investor lokal. Pelarangan investasi itu, tidak hanya yang masuk DNI saja, tetapi juga ada yang tidak tercantum DNI.
Langkah lainnya, adalah BKPM bersama dengan Kementerai Pariwisata akan mendorong investasi di sektor pariwisata.
Sebab, sektor pariwisata akan menajdi andalan pemerintah dalam menopang pertumbuhan ekonomi di sektor jasa.
Selain itu, BKPM akan merapikan sejumlah Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di berbagai daerah, yang fasilitasnya masih minim.
Diantaranya, akan mengupgrade sistem informasi yang dianggapnya masih jauh tertinggal dan akan menghambat percepatan investasi.
Tom juga berharap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai meningkat di tahun-tahun depan.
Sebab, pertumbuhan AS dipastikan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara lainnya, termasuk Indonesia.
Reporter: Asep Munazat Zatnika