Sementara Kartika melihat tantangan bisnis katering harian saat ini adalah masalah perbedaan selera. Lalu, pengaturan waktu dan pemilihan makanan yang tepat, serta menjadikan tim dapur kompak sekaligus menciptakan suasana kerja yang nyaman.
“Untuk itu, mesti selalu terbuka meminta saran siapa saja termasuk pegawai sendiri. Selalu belajar dari kesalahan dan terus maju memperbaiki katering ini agar bisa lebih baik lagi,” tutur Kartika.
Anda tertarik nyemplung di bisnis katering harian?
Modal awal
Dalam memulai bisnis katering harian, pertama-tama Kartika memantapkan niat dulu lalu mempelajari tentang usaha ini sebanyak mungkin. Menimba ilmunya bisa dari pelaku usaha yang sudah berpengalaman berbisnis katering harian maupun dengan ikut pelatihan.
Selanjutnya, Kartika memulai bisnis katering harian bermodalkan dapur milik orangtua, lalu bahan baku, boks makanan, dan stiker yang didesain sendiri dalam jumlah kecil. "Bertahap, perlahan-lahan saja. Dan sekarang, akhirnya saya bisa punya dapur khusus dan peralatan yang cukup," katanya.
Modal yang Kartika keluarkan pertama kali tidak banyak, hanya Rp 500.000. Sebab, ya itu tadi, di awal memulai usaha ini, ia meminjam dapur sekaligus peralatan masak orangtuanya.
Modal awal setengah juta rupiah itu dia gunakan untuk membuat desain boks dan stiker. Lalu, untuk membeli peralatan nasi boks, seperti sendok, mika, dan tisu. Tentu, untuk membeli bahan mentah juga.
Kartika memulai bisnis katering harian tahun 2013. “Klien pertama saya adalah saudara sendiri yang memesan nasi boks untuk acara keluarga di rumahnya,” kenangnya.
Sedangkan Ina lupa besaran modal awal merintis bisnis katering hariannya pada 1998 silam. Yang jelas, sebagian modal untuk membeli peralatan memasak maupun peralatan makan.
Kemudian, untuk membeli bahan baku awal dan boks makanan. "Sebelumnya saya berkenalan dengan pensiunan koki hotel, dari situ saya lalu membuka katering," ujar Ina yang mendapatkan pesanan pertama kali sebanyak 50 porsi untuk sebuah acara di gereja.
Menu
Katering harian identik dengan pengaturan menu agar pelanggan tidak bosan. Tapi, Ina bilang, sebetulnya tidak ada strategi khusus untuk menyiapkan menu.
“Hanya, saya menyamakan menu jika dalam satu hari melayani enam kantor. Itu akan lebih menghemat waktu dalam proses memasak dan pengaturan menu serta pembelian bahan,” ucapnya.