Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adanya perang bunga surat utang dan deposito dinilai menjadi penghambat dalam menciptakan suku bunga pinjaman satu digit atau di bawah 10 persen.
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartari mengatakan, pemilik modal besar yang ada di dalam negeri sangat terbatas, dimana mayoritas banyak tertarik menaruh dananya di surat utang negara dibanding deposito.
"Ketika menteri keuangan menyetujui penerbitan surat utang, maka pemilik modal ini akan tertarik membeli SUN (surat utang negara) dibanding menaruh di perbankan. Ini yang dikhawatirkan menjadi perang suku bunga," tutur Enny dalam acara diskusi Jakarta Economic Media Forum, RUU Perbankan dan Penguatan Industri Perbankan Nasional, Jakarta, Senin (6/2/2017).
Menurut Enny, perpindahan dana dari instrumen satu ke lainnya saat ini dapat dilakukan oleh manajer investasi dalam hitungan sehari.
Misalnya, institusi A menawarkan bunga 5 persen dan institusi B bersedia memberikan 5,2 persen, maka pemilik modal tersebut akan pindah ke institusi B dalam sehari.
"Orang akan pindah yang lebih besar, jadi ketersediaan dana yang mahal akan sulit menciptakan bung single digit. Ini belum memperhitungkan persoalan Trump (Presiden AS) yang akan memotong pajak dan menerbitkan surat utang," tuturnya.