TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan baru saja melantik Wakil Kepala SKK Migas dan sejumlah deputi SKK Migas pada Jumat (26/5). Menurut Jonan, perombakan ini perlu dilakukan demi regenerasi dan agar kinerja SKK Migas bisa lebih baik.
Salah satu yang jadi sorotan Jonan adalah soal cost recovery. Menurutnya, cost recovery harus lebih efisien.
"Presiden dan saya, dua manusia yang tidak mengerti kalau cost recovery naik, tapi produksi turun, saya tidak mengerti. Kalau cost recovery naik, produksi harus naik, enggak ada debat," ujar Jonan dalam acara pelantikan BPH Migas dan SKK Migas, Jumat (26/5/2017).
Dalam kesempatan tersebut, Jonan juga mengajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang hadir agar bisa membuat biaya produksi migas bisa lebih efisien.
Pasalnya, selama ini, biaya produksi yang dilaporkan oleh SKK Migasberagam, mulai dari US$ 6 per barel hingga US$ 40 per barel.
"Banyak yang PSC, if you cannot reduce cost, you are useless. Kalau bisnis enggak bisa mengatur harga jual ya mengatur cost supaya efisien," tegas Jonan.
Menurut Jonan, Presiden Jokowi juga sudah berpesan agar efisiensi terus dilakukan. Pasalnya, jika biaya di hulu migas tidak efisien maka industri lainnya tidak bisa bersaing.
"Saya tidak minta produksinya lebih tinggi, itu nanti dengan KKKS. Tapi bapak harus jagain supaya lebih efisien. Kalau hulu migas tidak efisien, nanti yang lainnya sangat tidak efisien," tuturnya.
Masalah kedua yang diharapkan bisa segera diperbaiki oleh pejabat SKK Migasyang baru adalah soal proses perizinan di SKK Migas yang terlalu lama.
"Saya tidak mau mendengar lagi orang protes ke saya, proses perizinan di SKK telat," imbuh Jonan.
Reporter: Febrina Ratna Iskana