"Selama ini mereka terpisah," ujar CEO iGrow Andreas Senjaya.
Yang menjadi sasaran iGrow adalah petani buah, mulai kurma, alpukat, jambu, pisang, sampai durian. Hingga kini sudah ada 2.300 petani yang mendapat pembiayaan dari perusahaan fintech tersebut.
iGrow menciptakan model pertanian baru yang scalable dan efisien. Mereka menghubungkan petani, pemilik tanah, investor, dan pembeli produk pertanian untuk bersama-sama menciptakan penanaman.
iGrow mengidentifikasi tanaman yang punya kebutuhan tinggi di pasar, stabilitas harga dan karakteristik yang baik, lalu menghubungkan petani dan lahan yang bisa dipergunakan.
Berikutnya, iGrow membuka peluang pembiayaan penanaman ke kaum urban.
Tawaran investasinya mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 15 juta. Waktu penanaman modal tak terlalu lama, enam bulan sampai satu, dengan imbal hasil berkisar 9% hingga 30%.
3. Amartha
Sebelum menjelma jadi perusahaan fintech, Amartha yang berdiri 2010 lalu merupakan koperasi simpan pinjam yang banyak beroperasi di daerah Bogor dan sekitarnya.
Amartha baru menjalani operasional sebagai perusahaan fintech sejak April 2016. Mereka masuk ke bisnis fintech dengan membuka marketplace pinjaman.
Amartha memberikan kredit untuk perempuan yang mempunyai bisnis mikro. Misalnya, penjualan pulsa, baju, toko kelontong.
Perusahaan fintech ini menggabungkan mitra usaha mikro dan UKM dengan investor. "Sampai akhir Maret total penyaluran mencapai Rp 70 miliar," ujar Aria Widyanto, Vice President Amartha.
Amartha menggunakan sistem credit scoring untuk menganalisis kelayakan calon peminjam.
Alhasil, investor memiliki informasi yang lengkap dan menyeluruh sebelum membuat keputusan berinvestasi. Tawaran investasinya, mulai Rp 3 juta hingga Rp 100 juta.
Reporter: Lamgiat Siringoringo