TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan sulit bertahan pada perdagangan Kamis (8/3).
Kabar kemungkinan penundaan kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Moody's, dianggap menjadi sentimen negatif yang mengganjal penguatan mata uang Garuda.
“Mungkin rupiah akan melemah tipis,” ujar David Sumual, ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kepada Kontan.co.id.
Baca: Perut Kahiyang Terlihat Besar, Berapa Ya Usia Kehamilannya?
Padahal, awalnya rencana peningkatan peringkat utang itu sempat membawa sentimen positif bagi nilai tukar rupiah. Namun, pasca pemerintah menetapkan harga batubara domestik untuk PLN, berhembus kabar penundaan pemberian rating tersebut.
Namun, David tetap melihat masih ada sentimen positif yang bisa menahan kejatuhan rupiah. Rilis data cadangan devisa yang meningkat pada bulan Februari dapat menjadi sentimen positif. Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa meningkat dari US$ 116,9 miliar per Januari menjadi US$ 119,9 miliar pada bulan lalu.
Lukman Leong, analis PT Valbury Sekuritas Indonesia juga menilai, belum ada sentimen positif yang mampu menguatkan rupiah. Selain masih tertekan sentimen kenaikan suku bunga, menurutnya, hanya data inflasi saja yang mampu menggerakkan rupiah.
“Kalau data cadev dan penundaan rating Moody's pengaruhnya sedikit,” imbuhnya.
Lukman menebak, Kamis (8/3), valuasi rupiah bisa berada di rentang Rp 13.750-Rp 13.805 per dollar AS. Sedangkan, David memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.700-Rp 13.800 per dollar AS.
Mengutip Bloomberg, Rabu (7/3), kurs rupiah di pasar spot menguat 0,12% ke level Rp 13.760 per dollar AS. Namun, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, valuasinya masih melemah 0,09% ke level Rp 13.763 per dollar AS.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Besok, rupiah diperkirakan kembali tertekan