Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Lion Air Group terus melakukan pembelian pesawat baru untuk menambah jumlah armada yang beroperasi.
Tidak tanggung-tanggung, Lion Air Group membeli 234 pesawat dari Airbus dan 50 pesawat dari Boeing.
Sementara saat ini, maskapai yang identik dengan eksterior pesawat berwarna putih dan orange itu memiliki 308 unit pesawat.
Lantas, dengan bertambahnya jumlah pesawat, Lion Air Grup dapat menghapus julukan pesawat yang suka terlambat?
CEO Lion Air Group, Edward Sirait tidak bisa memastikan hal tersebut dengan alasan banyak kejadian yang tidak bisa diduga seperti cuaca ataupun kerusakan yang terjadi mendadak.
"Sebenarnya, dalam penerbangan dan teori yang saya tahu, 15 persen itu enggak mungkin karena ada faktor cuaca, catatan-catatan kerusakan yang tidak diduga," kata Edward saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Selatan, Selasa (10/4/2018).
Baca: Ini Komentar Honda soal Toyota C-HR Dilego Rp 488 Jutaan
Tetapi, Edward memastikan pihaknya akan berupaya untuk menurunkan waktu keterlambatan sehingga bisa memberikan kenyamanan kepada pelanggan.
"Jadi kami berupaya mengatur supaya pelanggan tidak marah, tetap enjoy, itulah kami minta yang lain ikut terlibat dalam proses tersebut. Itulah manajemen delay," ungkap Edward.
Untuk meningkatkan On Time Performance (OTP) Lion Group akan melakukan perbaikan mulai dari Sumbet Daya Manusia (SDM) maupun standar pengoperasian.
"Itu yang harus kita sempurnakan, berbagai aspek yang masih kurang harus kita perbaiki, seperti di kami SDM, nanti peranannya apa, termasuk pola standar operasi kita, itu yang harus diperbaiki," ujar Edward.
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan ketepatan waktu terbang atau on time performance (OTP) maskapai penerbangan di Indonesia pada 2017 lalu mencapai 85 persen.
Anggota Lion Group yakni Batik Air masuk kedalam lima maskapai yang berhasil melampaui nilai rata-rata dengan urutan yaitu NAM Air dengan nilai OTP 92, 62 persen, Sriwijaya Air sebesar 88,69 persen, Batik Air 88,66 persen, Garuda Indonesia 88,53 persen, dan Citilink 88,33 persen.