TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan ranking global Brand Footprint 2018 yang dirilis oleh Kantar Worldpanel, Coca Cola terdaftar sebagai merek yang paling banyak dipilih di dunia.
Setidaknya merek ini dibeli sebanyak sekali dalam sebulan oleh 41% populasi dunia dalam satu tahun terakhir.
Coca Cola berhasil mencapai posisi teratas di 7 negara, termasuk Amerika Serikat, Spanyol, Argentina dan Amerika Sentral.
Sementara itu, Colgate masuk pada posisi runner up, dimana merek ini dipilih sekali dalam dua bulan oleh lebih dari setengah populasi global, dengan penetrasi global mencapai 62 persen.
Brand Footprint merupakan studi tahunan yang dirilis oleh Kantar Worldpanel, mengukur pilihan konsumen melalui metrik CRP (Consumer Reach Point) yang mengobservasi jumlah pembelian rumah tangga dari sebuah brand (penetrasi pasar) dan seberapa sering merek dibeli (frekuensi).
Studi ini merepresentasikan kekuatan merek-merek di 43 negara pada 5 benua, mencakup 18.000 merek makanan, minuman, produk susu serta olahannya, produk kecantikan dan kesehatan, juga produk perawatan rumah tangga.
Ranking Indonesia Urban juga dirilis secara ekslusif oleh Brand Footprint, mencakup 7.400 rumah tangga yang merepresentasikan 28 juta atau 85% dari total rumah tangga di area urban Indonesia.
Baca: Coca Cola Dirikan Pabrik Baru di Pnom Penh
Sorotan utama dari hasil Brand Footprint 2018 di Indonesia Urban adalah sebagai berikut:
Indomie kembali menjadi merek fast moving consumer goods (FMCG) yang paling banyak dipilih oleh rumah tangga Indonesia dalam 6 tahun berturut-turut.
Hampir seluruh rumah tangga Indonesia membeli merek ini dengan frekuensi mencapai 4 kali dalam satu bulan.
Indomie juga memegang posisi yang kuat pada level global, mengamankan posisi ke-8 pada ranking Brand Footprint 2018 dunia dan juga posisi nomor 1 di Nigeria.
Inovasi yang berkelanjutan serta distribusi internasional yang luas membantu Indomie untuk memperoleh kesuksesan besar ini.
Selain Indonesia dan Nigeria, Indomie juga berhasil mengukuhkan posisi yang kuat di banyak negara lain seperti negara-negara Timur Tengah, Malaysia, Ghana, Turki, dan Amerika Serikat.
So Klin berhasil menempati posisi kedua pada ranking Brand Footprint 2018.
Distribusi yang kuat dan adaptabilitas untuk menyasar strategi promosi yang tepat menjadi faktor utama yang mendukung So Klin untuk menjadi merek produk perawatan rumah tangga paling banyak dipilih di Indonesia.
Kapal Api mengamankan posisi ke-3 pada Brand Footprint 2018. Ekuitas merek yang solid mendukung So Klin untuk menghimpun basis pembeli yang semakin besar, sehingga mengukuhkan Kapal Api sebagai merek minuman paling banyak dipilih di Indonesia.
Produk penyedap makanan masih menjadi salah satu produk yang paling banyak dibeli di Indonesia.
Baca: Indomie Lagi Viral di Australia! Tak Hanya Donat Goreng, Kini Muncul Lagi Menu Unik Satu Ini!
Hal ini ditandai dengan keberadaan dua merek yang berhasil mempertahankan posisinya dalam ranking 10 teratas Brand Footprint 2018, dengan Royco pada posisi nomor 4 dan Masako pada nomor 9.
Secara keseluruhan, kondisi ini didukung dengan budaya Indonesia yang menggemari masakan buatan rumah.
Mie Sedaap merupakan merek mie instan lainnya yang menempati posisi pada daftar 5 teratas, berada pada posisi ke-5.
Mie instan masih memiliki peran yang signifikan pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Di samping rasa yang begitu familiar di lidah masyarakat Indonesia, harga yang terjangkau serta distribusi yang menjangkau seluruh negeri juga berkontribusi menjadikan mie instan favorit keluarga Indonesia.
Dengan bermain pada pengembangan produk yang luas, menjadikan faktor pendukung pertumbuhan Frisian Flag dan Indofood.
Frisian Flag berhasil mempertahankan eksistensinya sebagai produk susu paling banyak dipilih di Indonesia, menempati posisi ke-6 pada ranking Brand Footprint 2018. Sedangkan Indofood menempati ranking ke-10.
Molto berhasil meningkatkan kehadirannya di antara rumah tangga Indonesia dan berhasil menempati posisi ke-7. Keberhasilan Molto didukung dengan komunikasi produk, terutama untuk varian pewangi pakaian dengan parfum, dan juga ekstensi portofolio produk.
Harga yang terjangkau dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, menjadikan Lifebuoy produk perawatan tubuh yang paling banyak dipilih rumah tangga Indonesia, berada pada posisi ke-8.
Studi ini juga menunjukkan bahwa merek-merek lokal berhasil menempati kehadiran yang kuat pada rumah tangga Indonesia, hal ini ditunjukkan dari 60% merek yang berhasil menunjukkan pertumbuhan pada urutan 50 teratas merupakan produk dari produsen lokal.
Kemampuan para pemain lokal untuk beradaptasi dengan cepat terhadap tren konsumen terbaru mendukungnya untuk lebih produktif dalam meluncurkan inovasi baru pada pasar lokal.
Hal ini menyoroti maraknya merek lokal yang memenagkan pangsa pasar dari para pemain global.
Ranking Brand Footprint menunjukkan bahwa sebagian besar dari merek-merek yang berhasil tumbuh pesat adalah merek-merek yang juga mampu memperbesar basis pembelinya.
“Strategi pemasaran yang bertujuan untuk memperoleh konsumen baru secara konsisten lebih berhasil daripada yang hanya menyasar pada peningkatan loyalotas dan frekuensi konsumsi.”, ujar Venu Madhav, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia.
Dikatakannya, para pelaku bisnis yang ingin berkembang perlu memposisikan pembeli baru sebagai prioritas.
Fanny Murhayati, Direktur New Business Development, Kantar Worldpanel Indonesia, menyatakan bahwa Brand Footprint dapat mendukung pemain FMCG dalam merancang strategi pertumbuhan dengan lebih akurat.
Studi ini juga membantu pelaku industri FMCG dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan performa merek pada pasar yang terus berubah.
Fanny juga menegaskan bahwa untuk mendorong konsumen agar membeli lebih sering merupakan faktor yang tak kalah penting dalam meningkatkan kinerja penjualan, di samping lewat peningkatan jumlah pembeli merek.