"Pasar ini menjadi motivasi tersendiri bagi para investor untuk membeli properti di kawasan tersebut," ujar Ferry. Apalagi, pasokan apartemen di Depok juga tidak begitu cepat dibanding daerah lainnya, seperti Tangerang dan Bekasi.
Harga terus naik
Dengan potensi pasar yang cukup menjanjikan dan terbatasnya lahan yang tersedia di kawasan ini, para pengembang pun berduyun-duyun membangun hunian di Depok.
Anton Sitorus, Director, Head of Research & Consultancy Savills Indonesia, mengatakan, tipe apartemen yang paling laku adalah studio, dengan kisaran luas 21 sampai 25 meter persegi.
Untuk harga, kenaikannya cukup pesat karena pasokan lahan makin terbatas.
Kendati demikian, permintaan properti di kawasan ini masih terbilang tinggi. Terlebih, Depok memiliki akses kereta listrik commuter line.
Tambah lagi, ada beberapa proyek infrastruktur sedang dikerjakan, seperti Tol Depok– Antasari dan Cinere–Jagorawi.
"Proyek infrastruktur juga membuat harga properti naik pesat," kata Anton.
Menurut Anton, untuk properti yang tujuannya buat investasi, maka cocok memilih kawasan yang strategis lagi ramai. Salah satunya adalah daerah Margonda yang merupakan jantung Kota Depok.
Di wilayah ini terdapat banyak perguruan tinggi dengan membidik pasar mahasiswa.
Sanggam Sitorus, Project Director Cimanggis City, bilang, Depok memang punya banyak kelebihan sehingga tetap menarik di mata investor dan pembeli pertama. Selain daerah penyangga yang sangat dekat dengan Jakarta, kawasan ini juga masih terbilang asri. "Ditambah, ada ruas tol baru yang sedang dibangun," imbuhnya.
Hunian di Depok tetap menarik buat investor lantaran peluang keuntungan dari biaya sewa yang relatif tinggi.
"Dari harga yang dijual pengembang, masih dapat capital gain tinggi untuk disewakan," sebut Sanggam.
Data Rumah.com menyebutkan, harga properti hunian di Depok secara umum pada kuartal I 2018 mengalami kenaikan sebesar 1,25% dari triwulan sebelumnya. Sementara secara tahunan, dibanding kuartal I 2017, kenaikan harga properti hunian mencapai 2,02%.