Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Kebijakan bank sentral yang kembali mengerek suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen turut berdampak pada bisnis perbankan. Kenaikan suku bunga diprediksi akan menggerus marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan pada semester kedua 2018.
Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Iman Nugroho Soeko mengatakan, pihaknya menargetkan NIM berada di kisaran 4,5 hingga 5 persen. Hingga semester pertama 2018, posisi NIM BTN sebesar 4,17 persen.
Namun dengan tren kenaikan suku bunga, menurut Iman, pada akhir tahun ini target yang akan bisa dicapai di sisi bawah.
Iman menjelaskan, rendahnya NIM tersebut lantaran dipengaruhi oleh ketatnya likuiditas, sehingga BBTN mengambil dana mahal dengan mengerek suku bunga special rate.
“Tidak semua suku bunga DPK mengikuti kenaikan suku bunga dari BI, yang kami sesuaikan untuk deposan institusi yang kebanyakan lembaga pemerintah," kata Iman, saat paparan publik di Galeri Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta, Senin (28/8/2018).
Baca: Pertarungan Jojo Vs Chou Tiechen Harus Ditentukan Lewat Babak Tambahan
Hal yang sama juga disampaikan Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Vera Eve Lim. "Sampai akhir tahun, dengan adanya peningkatan suku bunga, NIM bisa menurun," kata Vera di BEI, Jakarta.
Seperti dijelaskan Vera, posisi NIM BCA hingga Juni 2018 mencapai 6 persen. Untuk itu, pihaknya mulai menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan dengan mengerek suku bunga kredit dan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin mulai Agustus ini.
“Suku bunga kredit Agustus ini kita sesuaikan 25 basis pon di semua segmen,” katanya.