TRIBUNNEWS.COM - Minat konsumen di pasar furniture saat ini mulai berubah dari yang semula membeli produk jadi ke toko, menjadi ke pemesan model tertentu.
Mendukung tren pasar teresebut saat ini industri furnitur telah didukung dengan teknologi yang memudahkan pembuatan furnitur secara custom.
Baca: Rekam dan Sebar Video Oknum Polisi Nyabu, Pasutri di Medan Ditangkap
"Olympic sendiri telah melakukan strategi tersebut. Perusahaan mendatangi konsumen untuk menawarkan produk yang dapat dipesan secara custom. Alatnya kami beli dari jerman, investasinya mencapai Rp 2,3 miliar," ujar Hau Bintoro dalam keterangan yang diterima, Rabu (5/9/2018).
Menurut Hau, tren bisnis Furniture di Indonesia sendiri menurut Hau juga masih menjanjikan.
Olympic yang memiliki segmen menengah ke bawah tahun 2017 masih mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 20 persen. Pasar Olympic saat ini 80 persen untuk lokal dan 20 persen ekspor.
Beberapa tahun terakhir permintaan lokal mengalami penurunan, namun masih mencatatkan keuntungan.
"Daya beli masyarakat lokal turun, ada sifting ke online juga, tapi bukan untuk furniture tapi makanan. Makanya salah satu strategi kami (untuk kembali mendongkrak permintaan pasar lokal) menawarkan produk custom tadi," ujar Hau.
Ketua pengrajin Furniture dan Mebel, Adi, mengatakan, ekspor furniture tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 5 persen. Perang dagang Amerika-Cina juga dinilai menguntungkan Indonesia, karena menjadi alternatif impor barang dua negara tersebut.
"Saat ini Rupiah melemah, ini juga bagus untuk iklim ekspor furniture Indonesia," ujar Adi.
Menggeliatnya industri furniture Indonesia juga ditandai adanya pameran seperti International Furniture Manufacturing Components (IFMAC) dan International Wood Working Machinery (WooDac).
Pameran ini bakal digelar 26 - 29 September mendatang, di JI Expo Kemayoran. Pameran tersebut telah menjadi ajang tahunan yang digelar sebanyak 7 kali termasuk di Indonesia.