News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Analogi Sawah dan Pelemahan Rupiah

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diskusi bertajuk “Ke Mana Arah Rupiah” di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/9/2018).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat seringkali belum dipahami secara menyeluruh.

Untuk memudahkan menjelaskan hal itu, Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi menggunakan pendekatan analogi sawah dan ketergantungan dengan irigasi.

“Apa yang terjadi dengan rupiah kita ibarat kita punya ladang atau sawah, airnya banyak tergantung dari irigasi,” kata Doddy, dalam acara diskusi bertajuk “Ke Mana Arah Rupiah” di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/9/2018).

Direktur Eksekutif Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi (Syahrizal Sidik)

Doddy mengumpamakan, air sebagai mata uang dolar AS, sedangkan penjaga pintu air adalah Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. Untuk membuat sawah yang baik, katanya, memerlukan air yang cukup dari irigasi yang dikendalikan oleh “sang penjaga pintu air”.

“Kebetulan karena dia sedang mau mengendalikan ekonominya yang mengarah pada overheating. Mereka kurangi aliran dolar AS yang mereka kurangkan. Sampai harga airnya dinaikkan, yaitu suku bunga,” imbuh Doddy.

Dengan kebijakan tersebut, otomatis, negara-negara pembeli dolar AS, imbuhnya, akan menerima lebih sedikit dollar AS dan harganya tinggi.

Kondisi tersebut, menurut Doddy membuat aliran modal asing berbalik ke negara maju lantaran tingkat suku bunga AS yang tinggi. Kondisi tersebut, turut berdampak pada negara emerging markets, termasuk Indonesia.

Di pasar spot misalnya, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditransaksikan pada posisi Rp 14.875 per dolar Amerika Serikat, dengan posisi tersebut, pelemahan Rupiah sejak awal tahun ini menjadi 9,74 persen.

Solusi

Doddy mengemukakan, solusi untuk mengantisipasi melemahnya nilai tukar Rupiah di antaranya dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan. Selain itu, pemerintah juga harus mengendalikan impor untuk menghemat devisa.

Selain itu, menunda proyek-proyek infrastruktur dengan komponen impor yang tinggi dalam beberapa tahun ke depan.

“Makanya banyak pengendalian impor, menunda beberapa proyek infrastruktur. Supaya besaran kebutuhan air (dolar AS) kita bisa berkurang,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini