Laporan Reporter Kontan, Kiki Safitri
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terkhir menimbulkan dampak bagi para pengrajin tempe dan tahu. Hal ini karena ketergantungan impor kedelai yang pembeliannya menggunakan dollar Amerika Serikat (AS).
Aip Syariffuddin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) membenarkan hal ini meski dampaknya masih sedikit.
“Dollar kan sekarang sudah Rp 15.000 lebih, jadi kemarin itu harga pabrik Rp 7.000 per kilogram (kg), sekarang naik Rp 7.100 per kg untuk tingkat importir, jadi importir sekarang jualnya Rp 7.100 per kg,” kata Aip, saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (5/10/2018).
Hal ini juga dibenarkan oleh Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yus'an.
Dia menyebut bahwa ada kemungkinan kenaikan, hanya saja ia belum dapat memastikan nominal kenaikannya.
“Logikanya naik juga sih, tapi saya belum ada gambaran,” ujarnya.
Aip menyebutkan bahwa dalam sepekan ini memang harga impor kedelai fluktuatif. Hanya saja trennya terus menunjukkan kenaikan.
Baca: Jelang Tutup Tahun, Mercedes-Benz Luncurkan Tiga Kendaraan Premium Terbaru
“Pokoknya basic-nya naik dari Rp 7.000 naik ke Rp 7.100. Kalau sepekan kira-kira, sebelumnya sempat harganya Rp 6.950, Rp 6.900, Rp 7.000, Rp 7.050 sekarang Rp 7.100,” ungkapnya.
Berdasarkan Bloomberg hari ini, harga kedelai (soybean future) untuk pengiriman November 2018 di Chicago Board of Trade adalah US$ 8,61 per gantang (32,5 liter). Harga ini naik 2,74% dari harga bulan lalu pada US$ 8,38 per gantang.
Untuk di pasar, Aip menjelaskan harga komoditi kedelai akan berbeda-beda karena ada biaya transportasi yang digunakan. Hal ini secara tidak langsung turut menambah kenaikan harga di tingkat perajin kedelai.
“Kalau di pasar itu tergantung lokasinya dimana, misalkan hargaa di Aceh, Jakarta dan di Kalimantan itu berbeda. Makanya saya bilang itu tergantung ongkosnya,” ujarnya.
Aip mencontohkan jika kedelai dipasok dari Cigading Banten, maka sampai di Jakarta itu kira-kira biaya transportasinya adalah Rp 100 rupiah per kg, jadi harga jual untuk di Jakarta dihitung berdasarkan harga dasar dari pemasok yang titambahkan dengan biaya transportasi, upah kuli dan keuntungan.
Sesampainya di pasar harga akan semakin tinggi.