TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Daya beli masyarakat dinilai meningkat selama lima tahun terakhir. Tidak hanya di Pulau Jawa tetapi juga di luar Jawa.
Itu sebabnya, kenaikan harga BBM Pertamax series dianggap tidak terlalu berpengaruh. Dengan demikian, konsumen BBM oktan tinggi tidak akan menggunakan BBM dengan RON yang lebih rendah. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa di Jakarta, Selasa (23/10/2018).
Dalam penjelasannya yang diterima tribunnews.com,m enurut Fabby, daya beli kelompok masyarakat pengguna BBM RON berkualitas memang lebih baik. Karena itulah, kenaikan harga BBM beroktan 92 ke atas, itu tidak terlalu terasa apalagi tingkat kenaikan hanya sekitar 10%.
Fabby menilai wajar, kalau tren penggunaan BBM oktan tinggi pun terus meningkat.
Baca: Terungkap Alasan Jokowi Batalkan Kenaikan Harga BBM, Dipengaruhi Besarnya Keuntungan Pertamina
“Kalau misal mengisi BBM Rp300 ribu, maka biaya tambahan sekitar Rp30 ribu, tidak terasa bagi pemilik kendaraan bermotor. Pendapatan memang meningkat dalam lima tahun terakhir, sehingga daya beli juga meningkat,” kata Fabby.
Baca: Maruf Amin Sebut Esemka Bakal Diproduksi Massal, Pemerhati Otomotif: Agak Aneh, Tiba-tiba Surprise
Selain faktor daya beli, peningkatan pengguna BBM beroktan tinggi juga karena masyarakat semakin sadar akan keunggulan BBM berkualitas tersebut. Terlebih bagi kendaraan keluaran terbaru, dimana industri otomotif juga merekomendasikan pemakaian BBM beroktan tinggi bagi kendaraan mereka.
“BBM oktan tinggi itu tuntutan mesin. Bahkan saya dengar, pabrikan kendaraan LCGC meminta pemilik untuk memakai BBM dengan RON 92 ke atas. Jika mesin rusak karena pelanggaran pemakaian BBM, maka tidak digaransi,” kata Fabby.
Fabby melanjutkan, bahwa BBM beroktan tinggi memang sangat mendukung performa mesin. Selain membuat membuat kinerja mesin menjadi lebih baik, BBM berkualitas juga bisa menjaga keawetan mesin.
Baca: Pertamina Akhirnya Jual BBM Jenis Pertamax di Manokwari
Selain itu, BBM oktan tinggi ternyata juga lebih ekonomis. Berbagai factor itulah, yang menurut Fabby semakin membuat masyarakat enggan beralih dari BBM oktan tinggi ke RON yang lebih rendah.
Terkait peningkatan penggunaan BBM beroktan tinggi, memang diakui berbagai kelompok masyarakat. Termasuk berbagai komunitas pemilik kendaraan bermotor yang ada di Indonesia, seperti Terios Rush Club Indonesia (TeRuCi).