Laporan Reporter Tribunnews, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Sepekan terakhir, kurs rupiah menguat ke level di bawah Rp 15.000 per dolar AS. Pagi ini, berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia, Kamis (8/11/2018) rupiah menguat ke posisi Rp 14.651 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan kemarin, kurs rupiah ditutup menguat pada posisi 14.764 per dolar AS.
Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penguatan rupiah.
Pertama, pada awal November ini, sentimen di pasar keuangan global cenderung membaik terindikasi dari pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara maju dan negara berkembang.
Baca: Mesin Kedua Pesawat Lion Air PK-LQP Ditemukan dalam Kondisi Terbelah Empat
“Pelemahan dolar AS dilatarbelakangi oleh potensi resolusi dari negosiasi perdagangan antara pemerintah AS dan Tiongkok yang mendorong penguatan riskier assets,” kata Josua kepada Tribunnews.com, Kamis (8/11/2018).
Selain itu, menurutnya, tren penurunan harga minyak dunia juga mengurangi tekanan mata uang negara pengimpor minyak termasuk rupiah. Pelemahan dollar AS juga didorong oleh potensi kemenangan kubu Partai Demokrat pada midterm election.
Baca: Enam Produk Perawatan Kendaraan Genuine Ini Bikin Mobil Mitsubishi Selalu Oke dan Kinclong
Di pasar saham, sejak awal November ini, investor asing membukukan pembelian bersih sebesar 289,4 juta dolar AS secara bulanan.
Sementara kepemilikan investor asing pada SBN juga cenderung meningkat sekitar 340 juta dolar AS secara bulanan sehingga mendorong penurunan yield SUN bertenor 10 tahun sebesar 42 basis poin menjadi sekitar 8,13 persen.
“Arus modal asing yang masuk meningkat sejak akhir bulan Oktober hingga saat ini telah mendorong penurunan volatilitas rupiah menjadi sekitar 7,6 persen dari level 10 persen pada pertengahan bulan Oktober yang lalu,” kata Josua.
Baca: Bergaji Rp 50 Juta hingga Kerap Alami Turbulensi, Begini Kisah Pilot Cantik Athira Farina
Selain itu, adanya implementasi DNDF direspon positif oleh pelaku pasar dan mendorong diversifikasi risiko permintaan dollar di pasar spot dan memberikan alternatif hedging bagi offshore player.