Laporan Reporter Kontan, Benedicta Prima
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal akan melambat pada tahun depan. Bahkan, Goldman Sachs memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5%. Prediksi bank investasi asal Amerika Serikat (AS) tersebut lebih rendah dari ekspektasi tahun ini sebesar 5,2 persen.
"Ini didorong oleh ketatnya kondisi finansial dan dorongan fiskal yang negatif," jelas analis Goldman Sachs Nupur Gupta dan timnya dalam penyataan tertulis, Rabu (21/11/2018).
Kondisi eksternal yang tidak menguntungkan juga menjadi penyebabnya.
Perang dagang dan pelambatan pertumbuhan ekonomi global akan mendorong Pemerintah Indonesia memprioritaskan stabilitas ekonomi ketimbang pertumbuhan ekonomi.
Gupta juga menyebutkan, pertumbuhan investasi akan melambat, karena tahun politik lebih mendorong pada konsumsi rumah tangga di pertengahan awal tahun.
Selain itu, inflasi akan berada di level 4,5% sampai akhir 2019, didorong oleh penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan inflasi inti akan tetap di level yang aman.
Baca: Pengusaha Penggilingan Padi: Bulog Jangan Keluarkan Kebijakan Asal Beda
Namun tekanan defisit transaksi berjalan akan mengendur di tahun depan. Menurut Gupta, pengurangan impor juga akan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan di level 2,6% dari produk domestik bruto (PDB).
Bank Indonesia (BI) juga diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan di awal tahun sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,25%. "Kebijakan BI ini akan sensitif pada pergerakan pasar," jelas Gupta.
Baca: Indosat Ooredoo Kembangkan Layanan 5G
Dus, Gupta memperkirakan, pasar obligasi lokal akan meningkat di tahun depan, sedangkan pasar mata uang asing dan saham akan cenderung netral.