Saat harga di tingkat petani melorot drastis, petani bisa menyimpan bawang merah di tempat tersebut. Kemudian resi dari gudang tersebut dapat digunakan sebagai agunan untuk meminjam kredit di bank.
"Untuk resi gudang, kami telah bekerjasama dengan sejumlah lembaga perbankan, di antaranya Bank Jateng, BNI dan beberapa bank lain," imbuhnya.
Bawang merah, kata dia, merupakan komoditas yang menyumbang inflasi cukup besar. Karena itu, harus dikelola secara tepat.
Sementara, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia, Juwari, menyatakan sistem resi gudang merupakan program jangka panjang yang dapat membantu petani bawang merah mengalami kerugian saat harga turun.
"Para petani, khawatir jika tidak ada upaya untuk mengatasi harga yang anjlok. Petani di Brebes akan mengalami kerugian," ucapnya.
Terlebih lagi, saat ini biaya pengeluarkan untuk produksi bawang merah lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Secara fisik mesin CAS bekerja selayaknya kulkas penyimpanan. Suhu di dalam mesin CAS dijaga rata-rata 7 derajat celcius. Bawang dan cabai bisa bertahan lama disimpan dalam suhu tersebut.
Unsur-unsur penting dikontrol dalam mesin tersebut, seperti juga kadar oksigen dan karbon dioksida yang berada di dalam mesin CAS.
Bawang atau cabai secara alami akan masak lalu busuk. Alat CAS ini memperlambat dari proses menjadi busuk.
Teknologi mesin pendingin ini bekerja dengan membuat mikroorganisme yang terkandung di dalam bahan pangan berada dalam kondisi mati sementara.
Hal tersebut yang membuat bawang dan cabai dapat bertahan lebih lama.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Amankan Pasokan, Mesin Penyimpan Bawang Merah Senilai Rp 3 Miliar Dibangun di Brebes,