Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Defisit neraca perdagangan Indonesia makin lebar. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan terbarunya menyebut, defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai 2,05 miliar dollar pada November 2018.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah telah menyiapkan langkah antisipasi. Usai melakukan pertemuan tertutup dengan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, di Kantor Wakil Presiden, Selasa (18/12/2018).
Ia menyebut, langkah-langkah ini merupakan solusi jangka panjang diantaranya bagaimana Pemerintah masuk dalam pola perdagangan yang lebih baik dengan negara-negara lainnya.
"Kemarin kan dengan empat negara eropa sudah selesai. Ini kita lagi berunding menyelesaikan Australia dengan AS, dan juga nanti dengan Uni Eropa," ujar Kalla.
Baca: JK Janjikan Pertamina Akan Turunkan Harga BBM Non-Subsidi
Jusuf Kalla menerangkan, langkah tersebut telah dilakukan dengan negara di Asia Tenggara dan hasilnya terbukti baik. "Itu antara lain cara agar posisi ekspor kita lebih baik lah, karena Thailand, Vietnam, juga memiliki perjanjian seperti itu, krena itu kita mengejar sistem itu, agar ekspor kita bisa lebih baik," jelas dia.
Baca: Hinca: Perusakan dan Penghilangan Baliho SBY dan Demokrat Masif dan Dilakukan Malam Hingga Dinihari
Saat ini, JK menuturkan, proses perundingan dengan Australia yaitu Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) sudah hampir selesai.
Sementara, kesepakatan serupa dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, diharapkan selesai awal tahun depan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, membengkaknya defisit neraca perdagangan tersebut karena terjadi defisit di sektor migas sebesar USD 1,46 miliar serta nonmigas sebesar USD 0,58 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto meminta pemerintah lebih gencar mengendalikan impor dan menggenjot ekspor.