Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, MANGGARAI BARAT - Mulai April 2019, pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Flores di Desa Tanjung Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, NTT akan mengalihkan bahan bakar pembangkit dari diesel menuju gas.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebut, pengalihan sumber energi pembangkit listrik itu bisa menurunkan biaya produksi dan harga listrik di wilayah tersebut.
"Sekarang masih gunakan HSD (High Speed Diesel). Bulan April nanti diusahakan diganti ke gas. Sudah disiapkan pakai gas," kata Arcandra saat mengunjungi PLTMG Flores, Jumat (4/1/2019).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PT Pertamina (Persero) Djoko R Abumanan menjelaskan, biaya pokok penyediaan (BPP) listrik yang bisa dihemat mencapai Rp. 500 per kilowatt jam (kWh).
Menurut Djoko, sebelum menggunakan diesel, pembangkit listrik itu menggunakan tenaga solar dengan BPP sebanyak Rp. 2.800.
"Ketika solar diganti ke B20 biaya perawatan naik sekira 5 persen. Tapi kalau dikonversi gas mungkin turun lagi. BPP bisa turun Rp 500 jadi sekitar Rp 2.300 per kWh," paparnya.
Nantinya, lanjut Djoko, pasokan gas berasal dari Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur. PLTMG Flores sendiri baru bisa mengolah listrik dari empat bahan baku yakni solar, B20, CPO (minyak kelapa sawit), dan gas.
"Kebutuhan pasokan 35 ribu liter per hari untuk B20. Nanti convert ke gas dari Bontang LNG. Gas terpaksa PLN cari sendiri. Ngambil ke Bontang karena adanya di sana," pungkasnya.
PLTMG Flores merupakan pembangkit listrik yang dimiliki PT PLN (Persero) dan dioperasikan oleh PT Wartsila Indonesia. Listrik yang dihasilkan pembangkit ini sebagian besar digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, kemudian industri, bisnis, dan instansi pemerintahan di sekitar Labuan Bajo.