TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga tiket Moda Raya Terpadu (MRT) yang akan diluncurkan Maret dinilai masih mahal.
Menanggapi permintaan warga untuk menurunkan harga tiket, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menyebut, pihaknya masih membahas berapa besaran harga tiket MRT yang sesuai.
"Tarif MRT belum tahu, ya. Masih kita bahas," ucap Bambang di Jakarta, Kamis (21/3/2019). Bambang mengatakan, pihaknya masih mengkaji hal itu. Namun, dia memastikan tidak lebih dari Rp 10.000.
"Kita punya kajian, kajiannya adalah willingness to pay dan willingness to save. Artinya adalah jangan sampai nanti orang enggak mau pindah moda transportasi karena kemahalan," sebutnya.
Baca: Wiranto Sebut Keberhasilan Pemilu 2019 Sangat Bergantung pada Semua Pihak
"Angka psikologisnya dari BPTJ sendiri enggak boleh lebih dari Rp 10.000 lah," lanjutnya.
Saat ditanya tentang subsidi harga tiket, Bambang menegaskan bahwa pemerintah harus adil. Hal seperti ini seharusnya tidak jadi masalah untuk pemerintah. Meskipun penumpangnya hanya satu orang, MRT harus tetap melayani.
"Jangan bicara subsidi, dong. Buat rakyat enggak ada istilah besarnya. DKI punya duitnya, masa hal ini jadi masalah. kalau ini dijadiin masalah nanti jadi kontradiksi. Masa mau bangun Jabodetabek tapi hal segini jadi masalah," tegas Bambang.
MRT adalah percontohan moda transportasi umum yang pembangunannya dimaksudkan untuk mengintegrasi area tempat tinggal masyarakat.
Bahkan, rencananya BPTJ dalam program RITJ akan membangun jalur MRT dari Timur ke Barat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tarif Tiket MRT Mahal? Ini Kata Kepala BPTJ"