TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Emiten produsen furnitur PT Chitose Internasional Tbk (CINT) menargetkan pendapatan perusahaan mencapai Rp 389 miliar dan laba bersih sebesar Rp 21 miliar pada tahun ini.
Besaran pendapatan tersebut naik 5% dari realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 370,39 miliar, sedangkan target laba bersih itu juga naik 55% dari pencapaian laba bersih tahun lalu sebesar Rp 13,55 miliar.
Kenaikan laba bersih yang cukup tinggi ini, sebagai salah satu upaya untuk menutupi kekurangan yang terjadi di tahun 2018.
Selain dari pada itu melalui anak perusahaan yang sudah mature PT. Okamura Chitose Indonesia, dengan membidik pasar Shop Display dan beberapa Office Project, di daerah Jakarta, Surabaya dan beberapa kota besar lainnya, sejalan dengan masuknya Investor dari Jepang ke Indonesia dalam kurun waktu ini dan kedepannya.
Direktur Utama Chitose Internasional, Dedie Suherlan mengatakan guna mencapai target pendapatan dan laba tersebut, beberapa strategi akan dimaksimalkan perusahaan, diantaranya penyesuaian harga jual, mengingat sudah 2 tahun tidak dilakukan penyesuaian harga atas kenaikan inflasi.
Baca: Boy Thohir Jadi Pemegang Saham Mayoritas Startup untuk Kaum Muslim Umma
Selain itu, strategi product mix, yang termasuk didalamnya penetrasi pasar product nursing bedakan dilakukan. Perseroan juga telah bekerjasama pemasaran dengan PT. Sandana dan PT. Indomedik Niaga Perkasa pada tahun lalu.
Bukan itu saja, perseroan juga akan merealisasikan proyek-proyek tahun2018 yang tertunda, mengingat beberapa proyek besar yang cukup signifikan akan menyumbang pendapatan.
“Peningkatan ekspor dengan cara maintenance existing market khususnya Jepang, dan membuka pasar baru wilayah Australia dan Negara-negara Asia lain,” katanya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Senin (29/4/2019).
Tahun lalu, penjualan Chitose turun menjadi Rp 370,39 miliar dari tahun 2017 sebesar Rp 373,96 miliar, sementara laba bersih terkoreksi menjadi Rp13,55 miliar dari tahun sebelumnya 29,65 miliar.
Adapun laba bersih atribusi entitas induk Chitose pada akhir tahun lalu sebesar Rp 12,81miliar dari tahun sebelumnya Rp 27,66 miliar.
Baca: Minat WNA Beli Properti di Indonesia Meningkat, Tiga Provinsi Ini yang Paling Diminati
“Kondisi tahun lalu,kami akui cukup berat, dengan beberapa proyek yang diharapkan terealisasi dan berkontribusi dalam meningkatkan keuntungan usaha, ternyata tertunda dan berpindah ketahun 2019,”jelas Dedie.
Disebutkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang naik 6% dari tahun lalu juga mempengaruhi biaya pembahanan pada industri,” katanya lagi.
Tahun ini Chitose memperoleh kembali Top Brand ke-8 secara berturut-turut dari sejak tahun 2012 di 2 kategori yaitu Kursi Lipat dan Kursi Kantor.
Hal ini menunjukan produk kita masih menjadi unggulan pasar domestic dan menjadi kekuatan untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan dan perkembangan usaha perseroan.