News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Kehidupan Orang-orang Kaya Jakarta, Beli Apartemen Rp 43,4 Miliar Nggak Pakai 'Nyicil'

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

orang kaya

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Profil pembeli apartemen mewah Rp 43,4 miliar yang enggak pake nyicil itu, benar-benar orang kaya. Bukan orang kaya tanggung yang ribet".

Demikian CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono mendeskripsikan karakter para pembeli apartemen mewah dengan harga puluhan miliar rupiah secara kontan.

"Mereka adalah end user, membeli apartemen untuk digunakan. Biasanya sih selain untuk diri sendiri juga untuk anak-anaknya," tambah Hendra menjawab Kompas.com, perihal fenomena para pembeli apartemen mewah puluhan miliar rupiah secara cash, Selasa (16/7/2019).

Mereka, kata Hendra, tak peduli angka dan harga, karena tidak mengharapkan return on investment (ROI), maupun gain.

Tampilan interior Anandamaya Residences(ARI PRASETYO/Kompas.com) ()

Oleh karena itu mereka memilih opsi pembayaran apartemen secara kontan alias tunai.

Tidak mau dipusingkan dengan tetek bengek surat-menyurat dan administrasi perbankan demi mengurus kredit pemilikan apartemen (KPA).

"Dari pengalaman saya menemani dan memberikan konsultansi terkait pembelian apartemen, kalangan borjouis ini hanya make sure saja. Lay out-nya dilihat. Dan get the feeling of the ambience," imbuh Hendra.

Beda halnya dengan orang kaya baru atau orang kaya tanggung yang demikian ribet, juga inginnya detail karena mengharapkan sejumlah keuntungan, dan investasi kembali dengan cepat.

Pra-kualifikasi Menariknya, sebelum orang-orang dengan fulus tak berseri ini memutuskan membeli apartemen mewah incaran, biasanya mencari tahu dulu siapa tetangga kiri-kanan.

Interior ruang tamu di show unit apartemen mewah Regent Residence di kompleks Mangkuluhur City, Jakarta. (HANDOUT)

Untuk mengakomodasi keinginan calon pembeli ini, biasanya para pengembang melakukan pra-kualifikasi melalui informasi yang disebar secara eksklusif.

Bukan lewat kampanye iklan provokatif, bukan pula memanfaatkan jasa broker, apalagi hanya dari brosur-brosur dan portal jual-beli properti.

"Rekomendasi sesama taipan adalah 'cara' paling efektif untuk meyakinkan mereka membeli apartemen. Karena itu, para pengembang menyeleksi siapa calon konsumen properti mewahnya," imbuh Hendra.

Perilaku belanja properti kalangan atas, sangat selektif. Mereka tidak sembarang membeli properti-properti yang digadang-gadang sebagai eksklusif dan mewah.

"Mereka tahu mana barang bagus, mana yang tidak," cetus Hendra.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini