Pada periode 1980-1996, Bambang menjelaskan, Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang terbilang ideal.
Baca: Mobil Arab Pakai Stir Kiri, Jemaah Haji Diminta Hati-hati Saat Menyebrang Jalan, Sudah Ada Korban
Bukan hanya angka pertumbuhan tinggi dengan rata-rata 6,4%, namun faktor pendorong pertumbuhan pun berkualitas.
Bambang mengatakan, Indonesia pada periode itu mulai berhenti mengandalkan komoditas minyak dan beralih mengandalkan penerimaan pajak dan memanfaatkan sumber daya alam lain seperti kayu dan hasil hutan.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga mengandalkan industri manufaktur padat karya seperti tekstil dan garmen, elektronik, alas kaki dan sebagainya.
“Periode itu tidak pernah terulang lagi, hanya tinggal nostalgia karena sangat susah untuk kembali ke angka pertumbuhan seperti itu,” tutur Bambang.
Stagnansi pertumbuhan ekonomi, kata Bambang, akibat Indonesia kembali pada kebiasaan lama yaitu terlalu bertumpu pada komoditas alam mentah, seperti batubara dan kelapa sawit.
Oleh karena itu, isu stagnansi pertumbuhan ekonomi ini menjadi salah satu prioritas dalam penyusunan Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.
“Kita patut concern karena Indonesia mengalami tren perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kita harus mulai mencari tahu penyebabnya,” kata Bambang.
Berita Ini Sudah Tayang di KONTAN, dengan judul: Menteri PPN/Kepala Bappenas: Pertumbuhan ekonomi tinggi tinggal nostalgia