TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh Provinsi Jawa Barat sebagai produsen atau penghasil beras organik terbesar di Indonesia.
Ini optimis diwujudkan mengingat didukung oleh banyaknya titik wilayah organik yang tersebar di Jawa Barat seluas 6.944 hektar di 22 Kabupaten, salah satuhnya Kabupaten Bandung.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi menegaskan sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk meningkatkan produksi pangan yang dapat mendongkak ekspor dan kesejahteraan petani, Kementan mendukung adanya pertanian organik di Jawa Barat khususnya Kabupaten Bandung.
Konsep organik ini akan direplikasi di daerah lain agar pertanian Indonesia semakin besar berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan nasional.
"Organik mampu menjaga eksosistem kita, memperbaiki struktur tanah, menyehatkan dan memberi nilai tambah," ungkap Suwandi saat panen padi organik bersama Bupati Bandung milik Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sarinah di Ciparay, Bandung, Jumat (20/9/2019).
Suwandi menjelaskan pola pertanian khususnya padi organik sangat memberikan keuntungan.
Sebab pola organik yang sustainable dilakukan dengan memanfaatkan kotoran dan urine untuk pupuk dan jerami untuk pakan menjadikan pola usahatani yang efisien.
"Pesan saya, cintai produk lokal dalam negeri. Lakukan praktik organik, untuk warisan anak cucu kita," ujarnya.
Bupati Bandung Dadang Nasser mengatakan pemerintah Kabupaten Bandung memiliki keinginan untuk menjadi produsen beras organik terbesar.
Dadang bertekad mengembangkan segmen beras khusus di Bandung, seperti beras merah, beras hitam, ketan hitam dan beras organik.
"Beras organik pangsa pasarnya sudah luas, harganya pun tinggi, jadi saya ingin bisa memberi manfaat lebih ke petani," tuturnya.
Tuti selaku Ketua Gapoktan menceritakan ihwal kelompok taninya yang sudah maju dan bertahun-tahun menerapkan organik.
Gapoktan Sarinah mulai mengembangkan organik sejak tahun 2011 dan sampai saat sekarang telah perluasan lahan menjadi 100 ha dengan provitas sekitar 8 ton per hektar.
"Hasil dari produksi disini alhamdulillah sudah langsung ada pasarnya, kami kerja sama dengan PT Tafis, Kalbe dan perusahaan lain. Kemarin juga sempat dengan Nutrifood dan tahun ini akan kita jajaki lagi untuk memasok ke sana," ujarnya.