Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, produksi tekstil dalam negeri sebanyak 3,1 juta ton per tahun baru memenuhi kebutuhan 40 persen hingga 50 persen.
Sri Mulyani mengatakan, ada dua kemungkinan tidak diserapnya produksi tekstil dalam negeri yakni karena permintaan menurun atau persaingan dengan produk impor.
"Produksi yang tidak diserap penuh apa karena permintaan lebih rendah atau mereka berkompetisi dengan produk lain yang sejenis?" ujarnya di kawasan Sunter, Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Baca: Imbas Keluhan Jokowi Soal Impor, Sri Mulyani Datangi Pusat Logistik Berikat
Sementara, lanjut Sri Mulyani, disaat produksi dalam negeri baru setengahnya diserap, malah angka impor tekstil mencapai 1,2 juta ton.
"Kita masih impor 1,2 juta ton, artinya produksi dalam negeri belum mencukupi industri hilir. Kalau di satu sisi ada produksi tidak dipakai, berarti ada macam-macam dalam industri tersebut," katanya.
Adapun, ia menambahkan, importasi tekstil dan produk tekstil (TPT) melalui pusat logistik berikat (PLB) kecil yaitu hanya 4,1 persen dari total nasional pada 2019.
"PLB sumbang 4,1 persen dari seluruh impor TPT. Jadi, impor yang lain ada dari produsen atau impor umum biasa," tutur Sri Mulyani.