Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Platform layanan kesehatan digital karya anak bangsa, Halodoc berkolaborasi dengan Bidang Riset dan Publikasi Ilmiah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengembangkan layanan kesehatan melalui riset.
Hal itu ditandai penandatanganan nota kesepahaman dr. Irwan Heriyanto selaku Chief of Medical Halodoc dan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Daeng M Faqih dalam keterangan Senin (28/10/2019).
Melalui dukungannya terhadap pengembangan proyek ilmiah, riset, dan inovasi, Halodoc berharap bisa meningkatkan akses layanan kesehatan yang lebih inklusif dan lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Chief of Medical Halodoc dr. Irwan Heriyanto MARS mengatakan Halodoc selalu memanfaatkan teknologi, data, dan mengidentifikasi yang dihadapi masyarakat di bidang akses pelayanan kesehatan.
“Berawal dari fitur chat with doctor di aplikasi Halodoc, kini kami berhasil mengembangkan berbagai inovasi yang memudahkan masyarakat menikmati layanan kesehatan tanpa terbatas ruang dan waktu. Kami percaya, kolaborasi bersama IDI ini mampu mendukung terciptanya lebih banyak lagi solusi untuk masyarakat,” ucap dr. Irwan, Senin (28/10/2019).
Tiga tahun beroperasi, Halodoc sudah bermitra dengan lebih dari 1.400 rumah sakit, lebih dari 20.000 dokter berlisensi, dan lebih dari 1.300 apotek.
Menyediakan akses kepada lebih dari 7 juta pengguna aktif perbulan di lebih 50 kota di Indonesia, Halodoc menjadi platform layanan kesehatan yang paling paham kebutuhan konsumen dan memegang peranan penting dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan medis.
Baca: Kembangkan Layanan Kesehatan Digital, Halodoc Gandeng BPJS Kesehatan
“Secara proaktif, kami juga mengedukasi gerakan kesadaran kesehatan bagi masyarakat melalui informasi dan hasil riset terkini melalui platform di website dan aplikasi Halodoc,” lanjut dr. Irwan.
Sementara perwakilan PB IDI menilai riset di bidang kesehatan pada era digital bisa menjadi insight baru dan menciptakan dampak yang lebih besar bagi masyarakat.
Dampak pada layanan akses kesehatan juga semakin cepat dan merata yang ujung-ujungnya adalah demi peningkatan kepuasan konsumen.
“Hasil riset ini diyakini dapat mengakselerasi pengembangan profesi agar institusi pendidikan dokter di Indonesia dapat mengadopsi hasil riset untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” timpal dr. Daeng.