Pada akhirnya, Sarinah menceritakan, Ellita harus menjalani operasi.
Namun, masalah lain pun muncul.
SKD yang didapat Ellita dari dokter lain tidak diakui oleh perusahaan.
Gaji Ellita pun dipotong.
"Nah baru-baru ini kan dioperasi, ketika dioperasi SKD-nya itu nggak diakui, akhirnya gajinya dipotong, hanya dibayar sekitar Rp 2 jutaan (setengah gaji)," tutur Sarinah.
Baca: Jubir Serikat Buruh Sebut 13 Buruh AICE Keguguran, AICE Klaim Telah Perhatikan Kesehatan Buruh Hamil
"Tapi yang jelas kemudian diprotes, ketika diprotes, baru dikasih gajinya.
"Itu juga harus menunggu bulan depan."
"Bayangkan, orang baru dioperasi pasti membutuhkan uang kan, walaupun ada BPJS tapi di rumah sakit kan pasti ada pengeluaran uang sendiri, malah upahnya dipotong," sambungnya.
Tuntutan Komite Solidaritas Perjuangan untuk Buruh AICE
Dikutip dari laman resmi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan (F-SEDAR), 600 buruh es krim AICE, PT Alpen Food Industry (AFI) melakukan pemogokan setelah gagalnya perundingan yang telah berlangsung sejak tahun lalu.
Aksi tersebut berjalan sejak 21 Februari 2020 lalu.
Terdapat sejumlah permasalahan yang membuat buruh resah, yakni mengenai kondisi kerja yang tidak memadai, penggunaan buruh kontrak, buruh hamil dipekerjakan pada malam hari hingga tingginya kasus keguguran dan kematian bayi baru lahir.
Dalam pendataan serikat pekerja, sejak tahun lalu telah terjadi 20 kasus kematian bayi maupun keguguran dari total 359 buruh perempuan yang bekerja di pabrik AICE.
Selain itu, adanya kesulitan buruh untuk mengambil cuti haid maupun mengurus izin sakit juga menjadi alasan aksi ini.