Meskipun mengalami keadaan yang sedemikian itu, pria yang sudah memulai usaha kebabnya sejak tahun 2003 mengaku masih bisa dapat bersyukur.
Hendy menceritakan, adanya Covid-19 maupun PSBB maupun menciptakan new normal life dalam bidang usahanya.
"Kini kami lebih melakukan pelayanan secara take away untuk konsumen dan ini merubah kebiasaan, dari offline menjadi online," ujarnya.
Berdasarkan pengakuan Hendy, sejak pandemi omset offline binisnya turun, hanya menyisakan 10 persen.
Tapi terjadi kenaikan penjualan secara online sebesar 90 persen.
Hendy melanjutkan, dampak Covid-19 tidak hanya berpengaruh dengan outlet di Tanah Air.
Usahanya yang ada di luar negeri juga mengalami hal yang sama.
"Tentu saja ber-impact, jika melihat negara lain bahkan sudah ada yang menerapkan full lockdown, sehingga mempengaruhi dari sisi omset."
"Di beberapa outlet diluar sana harus di-off-kan secara operasional, di cabang tersebut nol dari omset. Ini juga berpengaruh pada rencana ekspansi kami baik di dalam negeri," kata Hendy.
Baca: Dampak Sosial Ekonomi Buat Pemulihan Pasca Covid-19 di Indonesia Terhambat
Cara Hendy Menghadapi Situasi Pandemi
Hendy mengatakan kunci utama untuk menghadapi terpaan badai Covid-19 saat ini adalah terus bergerak dan berinovasi.
Termasuk tidak mudah menyerah untuk mencari jalan keluar agar bisa tetap bertahan.
Hendy menilai banyak cara yang bisa dilakukan oleh pengusaha UMKM lainnya di masa-masa sulit seperti sekarang.
"Utamanya yang berbisnis kuliner dapat merubah behavior konsumen, semula mengandalkan traffic offline menjadi online," sarannya.