Kalau kita buka bulan Juni, kita sudah bisa lihat petanya. Ada dua traveler dalam pergerakan bisnis hotel
dan restoran.
Pertama leisure, orang yang pergi jalan-jalan. Jalan-jalan itu hanya ada tiga musim di
Indonesia, yaitu ketika lebaran, libur sekolah yang kini sudah hilang satu season.
Saya tidak yakin ada yang memanfaatkan libur sekolah karena masih di tengah pandemi.
Satu-satunya yang masih diharapkan itu libur dan natal tahun baru di mana cuti bersama lebaran
dipindahkan di situ.
Semoga pandemi ini sudah selesai sebelum Desember. Harapannya kan seperti itu,
kalau belum selesai ya sudah kita lose.
Mengapa bisnis hotel dan restoran belum akan reborn sekalipun ada new normal?
Saya bilang bisnis hotel dan restoran belum akan reborn. Karena domestik trip itu didominasi oleh
pemerintah.
Kegiatan pemerintahan sudah direlokasikan fokus pada penanganan Covid-19.
Otomatis masalah pembangunan di daerah dan lain sebagainya itu dialokasikan untuk penanganan Covid-19.
New normal masih rancangan, apa harapan PHRI berkaitan dengan isi kebijakan di dalam new
normal?
Yang kami harapkan, diberikan satu kebijakan untuk stimulus yang dapat diberikan dalam bentuk modal
kerja.
Itu paling utama karena kita sektor yang sudah tutup kurang lebih dua bulan.
Tentu banyak hal, apalagi stimulus yang diberikan pemerintah pun tidak berdampak pada likuiditas perusahaan juga.
Karena kita banyak tergerus PLN termasuk kewajiban ke perbankan.
Modal usaha itu sangat diperlukan bagi pelaku usaha hotel dan restoran, karena mereka harus mulai
lagi dari awal.
Pada saat tutup itu bukan berarti mereka tidak ada cost, mereka justru minus. Jadi makin
bulan tambah minus, yang buka pun bukan berarti mereka profit. Itu yang jadi masalah. (tribun
network/genik)