Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, lambatnya pemulihan ekonomi dunia serta kembali meningkatnya tensi geopolitik Amerika Serikat (AS) dan China memicu ketidakpastian pasar keuangan global.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perkembangan ini akhirnya menahan berlanjutnya aliran modal dan kembali menekan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Kontraksi perekonomian global berlanjut dan pemulihan ekonomi dunia lebih lama dari prakiraan sebelumnya," ujarnya melalui teleconference, Kamis (16/7/2020).
Baca: Bank Indonesia Catat Kegiatan Dunia Usaha Turun Lebih Dalam pada Kuartal II
Baca: Kabar Baik dari BI, Rupiah Menguat 14,42 Persen pada Kuartal II
Sementara, penyebaran Covid-19 kembali meningkat di beberapa negara yakni AS, Brasil, dan India, sehingga memengaruhi perkembangan ini.
Selain itu, kata Perry, mobilitas pelaku ekonomi yang belum kembali normal sejalan penerapan protokol kesehatan turut menahan aktivitas ekonomi.
"Perkembangan ini menyebabkan efektivitas berbagai stimulus kebijakan yang ditempuh dalam mendorong pemulihan ekonomi di banyak negara maju dan negara berkembang termasuk China menjadi terbatas," katanya.
Adapun, dia menambahkan, sejumlah indikator ekonomi global menunjukkan permintaan yang lebih lemah, ekspektasi pelaku ekonomi yang masih rendah, serta permintaan ekspor tertahan sampai Juni 2020.
"Sejalan dengan permintaan global yang lebih lemah tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga lebih rendah dari perkiraan semula dan menurunkan tekanan inflasi global," pungkasnya.