News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat Nilai IPO Pertamina Berpengaruh pada Kemampuan Subsidi dan Inti Bisnis

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas operator mengenakan masker dan pelindung wahah mengisi bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan bermotor di salah satu SPBU di Kota Bandung, Jumat (12/6/2020). Menghadapi normal baru, Pertamina telah menyiapkan sejumlah protokol kesehatan cegah Covid-19 tambahan di SPBU, untuk konsumen kendaraan roda dua saat melakukan pengisian bahan bakar wajib turun dari motor dan berdiri di samping motor, sehingga tetap dapat menjaga jarak aman dengan memposisikan diri berseberangan dengan operator SPBU. Sedangkan konsumen kendaraan roda empat dapat tetap berada di dalam kendaraan dan apabila diperlukan keluar dari kendaraan wajib menjaga jarak aman minimal 1 meter dari operator. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Ia menambahkan, tugas BUMN adalah untuk keadilan masyarakat. BUMN haruslah mendatangi yang tersisih. "Tidak boleh satu organ pun yang dipreteli, di transplantasi boleh lah untuk membantu," kata Rocky.

Artikel Sudah Tayang di Kontan.co.id dengan Judul Pengamat: IPO Pertamina bakal berdampak pada kemampuan subsidi dan inti bisnis

Pandangan Lain dari Rhenald Kasali

Polemik terkait IPO Pertamina juga disoroti pakar manajemen bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali.

Dalam pandangan berbeda, dia mengkritisi banyaknya suara sumbang terkait rencana initial public offering (IPO) subholding Pertamina.

Termasuk di antaranya, mengenai tudingan bahwa IPO adalah cara untuk menjual Pertamina sebagai BUMN.

“Isu terkait rencana IPO subholding terlalu dibesar-besarkan. Ini kan hanya subholding-nya. Kalau IPO diartikan sebagai menjual perusahaan, itu tidak paham manajemen bisnis. Karena yang dijual bukan perusahaannya, tetapi sahamnya. Dan pemegang saham mayoritas tetap Pemerintah,” tegas Rhenald dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, hari ini, Sabtu (15/8/2020).

Rhenald melanjutkan, bahwa penjualan saham memiliki dimensi luas. Misalnya terkait kepercayaan, yaitu untuk meningkatkan governance control. Dalam hal ini, pengawasan tidak hanya dilakukan Menteri BUMN, tetapi juga publik.

Rencana IPO subholding, menurut Rhenald, merupakan cara Pertamina untuk membuat organisasi tersebut menjadi efisien, cepat bergerak, dan dapat survive melewati masa berat.

Karena saat ini tidak mudah mengelola perusahaan. Dalam 12 tahun terakhir, misalnya, perusahaan migas menghadapi tiga kali gejolak harga.

Baca: Fraksi PKS DPR Minta Pemerintah Kaji Ulang IPO Subholding Pertamina

Baca: Pertamina EP Percepat Recovery CPP Gundih

Rhenald mencontohkan saat Pandemi COVID-19 yang mengakibatkan permintaan turun, suplai naik.

Kebutuhan avtur turun, orang bepergian turun, harga turun, investor tidak ada yang tertarik untuk investasi mencari minyak.

“Jadi mau apa kalau ini tidak boleh, itu tidak boleh? Itu bisa mati!” tegas Rhenald.

Terkait hal itu, Rhenald melihat, bahwa Pertamina mencari cara lain, yaitu dengan kolaborasi. Dan yang dilakukan Pertamina, adalah hal biasa yang sah-sah saja dan tidak perlu dipersoalkan.

“Mari kita berpikir dengan cara-cara baru dalam melihat dunia migas kita. Jangan berpikir tentang kedaulatan saja, tetapi juga ketahanan. Ketahanan, yaitu bagaimana sesuatu di dunia ini sudah kolaborasi antar bangsa. Karena saat ini tidak ada yang bisa berdiri sendiri, semua kolaborasi,” jelas Rhenald.

Itu sebabnya, menurut Rhenald, rencana IPO subholding Pertamina memang tak perlu dipersoalkan. Apalagi, hingga saat ini belum upaya konkret bahwa Pertamina akan melakukan IPO subholding-nya.

“Belum sampai ke sana. Ini kan belum ada statement, belum ada keputusan,” kata dia.

Baca: Kinerja 2019, Pertamina Sejajar dengan Perusahaan Dunia di Fortune Global 500

Baca: BTN Tawarkan Promo KPR, Bunga Hanya 4,17 Persen

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini