Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, ketidakpastian di pasar keuangan terpantau sedikit meningkat, didorong antara lain oleh penyebaran Covid-19 di beberapa negara yang kembali meningkat.
Selain itu, tensi geopolitik yang meningkat akibat memanasnya kembali perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, juga ketidakpastian Brexit.
"Meningkatnya ketidakpastian tersebut mendorong kenaikan volatilitas di pasar keuangan global dan domestik selama September 2020," ujar Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo melalui siaran pers, Rabu (23/9/2020).
Baca: Empat Langkah OJK Dukung Kebijakan Pemerintah dalam Mitigasi Covid-19
Hingga 18 September 2020, lanjutnya, pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN melemah dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 3,42 persen sejak awal September hingga sekarang (month to date/mtd)
"Kemudian, yield rata-rata SBN naik sebesar 4,9 bps mtd," kata Anto.
Pelemahan pasar saham dan SBN tersebut turut didorong aksi investor nonresiden yang mencatatkan outflow sebesar Rp 169,22 triliun sejak awal tahun 2020 hingga bulan laporan ini (year to date/ytd).
Investor nonresiden tercatat melakukan net sell di pasar saham dan SBN masing-masing sebesar Rp 11,67 triliun mtd dan Rp9,63 triliun mtd.
Baca: Marwan: Warning OJK Ujian Kapabilitas Sektor Ekonomi dan Kesehatan
Di tengah perkembangan tersebut, maka secara international best practices pendekatan pengawasan secara terintegrasi dinilai mampu mensinergikan langkah mitigasi di tengah pandemi.
"Selanjutnya, mengoptimalkan peran sektor jasa keuangan dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Baik melalui pemberian stimulus yang memberikan ruang gerak lebih longgar bagi sektor riil (demand side) maupun implementasi Program PEN melalui sektor keuangan (supply side)" pungkasnya.