News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Terregra Asia Energy Fokus Selesaikan 5 Proyek Power Plant Hidro

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Christin Soewito - Wakil Direktur TGRA

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) membidik 9 proyek pembangkit listrik berbasis EBT masuk dalam target pengoperasian komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2021 hingga tahun 2025.

Kesembilan proyek emiten energi baru terbarukan (EBT) ini terdiri dari 7 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) yang seluruhnya berada di Sumatera Utara dan 2 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Aceh.

Baca juga: Kencana Energi Lestari Cari Investor Strategis Untuk Bangun 3 Pembangkit Baru

Wakil Direktur Utama TGRA Christin Soewito mengatakan, saat ini pihaknya berfokus untuk menyelesaikan 5 proyek yakni PLTM  Batang Toru 3 (Tapanuli) berkapasitas 10 mega watt (MW) dengan target beroperasi komersial 2021 dan PLTM Sisira (Parlilitan) kapasitas 9,8 MW, target COD juga di tahun 2021.

"Kemudian PLTM Batang Toru 4 berkapasitas 10 MW, dengan target COD di tahun 2022, Sementara itu, dua proyek large hidro yakni PLTA Teunom 3 (Aceh Jaya) berkapasitas 135 MW dengan target COD pada tahun 2024 dan PLTA Teunom 2 berkapasitas 240 MW dengan target tahun 2025,” kata dia dalam paparan Publik Perseroan, Senin (28/12/2020).

Christin meyakini, sektor EBT akan terus bertumbuh seiring dengan strategi dan vitalnya kebutuhan energi listrik dalam mendukung perkembangan ekonomi dan tren EBT secara global guna menjaga bumi lebih hijau.

“Apalagi kala pandemi Covid-19 ini, telah mendapatkan sentimen positif dengan upaya Pemerintah menyediakan vaksin gratis, sehingga pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa mencapai 5 persen tahun depan, sebagaimana proyeksi Badan Kebijakan Fiskal - Kementerian Keuangan,” katanya.

Pemerintah juga membidik target rasio elektrifikasi hingga mencapai 100 persen pada 2030 dan kebutuhan listrik diproyeksikan naik signifikan hingga lebih dari 6 kali menjadi 1.205 TWh (tera watt hour) pada 2050 untuk skenario dasar atau mencapai 1.491 TWh untuk skenario tinggi.

Data Kementerian ESDM mengungkapkan, bauran EBT sebesar 23 persen juga ditargetkan tercapai pada tahun 2025 sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), meski capaian bauran EBT di 2019 baru 9,15 persen.

Saat ini capaian EBT sebesar 11 persen dari target 23 persen dan didominasi oleh PLTA, PLTP (panas bumi), dan Biofuel.

“Pemerintah tak bisa mengandalkan PLN saja. Perlu melibatkan sektor swasta sebagai produsen tenaga listrik,” ujarnya.

PLTM atau Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro atau Minihidro secara prinsip sama dengan PLTA. Bedanya yakni pada kapasitas, di mana kapasitas kurang dari 1 MW disebut mikrohidro, 1 MW-10 MW minihidro, dan di atas 10 MW disebut PLTA.

Selain proyek PLTM dan PLTA, Perseroan juga menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau Solar Photovoltaic Electricity (PV), termasuk di Australia.

“Berdasarkan kinerja bisnis, pendapatan usaha Terregra pada akhir Desember 2019 mencapai Rp 23,81 miliar, turun 48 persen dari Desember 2018 (year on year/yoy) sebesar Rp 45,59 miliar.

Pendapatan terbesar dari bisnis perdagangan sebesar Rp 18,98 miliar, turun dari sebelumnya yoy Rp 45,52 miliar. Lalu penjualan dari bisnis tenaga listrik mencapai Rp 4,58 miliar dari tahun 2018 yang nihil, dan pendapatan sewa sebesar Rp 243,41 juta dari sebelumnya Rp 64,70 juta.

Laba kotor pada akhir Desember 2019 mencapai Rp 11,33 miliar, turun 8,9 persen dari Desember 2018 sebesar Rp 12,44 miliar. Sementara rugi bersih dibukukan sebesar Rp 9,01 miliar pada akhir 2019, dari tahun 2018 yang masih laba bersih Rp 2,37 miliar.

Jumlah aset Perseroan per Desember 2019 mencapai Rp 560,04 miliar, naik dari Desember 2018 yakni sebesar Rp 470,82 miliar.

Untuk pelanggan terbesar Perseroan adalah PT Nani Wahyuni Industries sebesar 63,62 persen dan Diamond Energy Pte Ltd 19,25 persen,” ujar Christin.

Christin menambahkan, sedangkan untuk 9 bulan terakhir di tahun 2020 ini, klien terbesar TGRA adalah Diamond Energy Pte Ltd dengan nilai sebesar Rp 4,70 miliar atau berkontribusi sebesar 52,78 persen dari total pendapatan, dan PT PLN (Persero) Rp 4,04 miliar atau sebesar 45,44 persen.

“Aktivitas grup di kala Pandemi Covid-19 ini terpengaruh berbagai faktor yaitu keuangan, risiko pasar (termasuk risiko mata uang asing), risiko kredit, dan risiko likuiditas.

Program manajemen risiko grup secara keseluruhan difokuskan pada pasar keuangan yang tidak dapat diprediksi dan grup berusaha untuk meminimalkan dampak yang berpotensi merugikan kinerja keuangan grup.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini