Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China telah meningkatkan rekor volume stok kedelai nasionalnya pada 2020 untuk menutupi ketidakpastian sisi pasokan, ini dipicu pandemi virus corona (Covid-19) yang terus menyebar di negara itu.
Akibatnya, stok akhir kedelai Pemerintah China untuk periode 2019 hingga 2020 diperkirakan mencapai 26,8 juta metrik ton (mt), naik sebesar 38 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Dikutip dari ellenic Shipping News, Senin (4/1/2021), dalam catatan terbaru Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS), stok tersebut diperkirakan akan tetap stabil di angka 26,8 juta mt pada 2020 hingga 2021.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Pedagang Mogok, Warga Tidak Bisa Makan Tempe Orek, Jokowi Diminta Turun Tangan
Sejumlah pihak meyakini bahwa pasar kedelai China saat ini mengalami kelebihan pasokan.
Hal itu karena rasio stok terhadap penggunaan mencapai 22,98 persen pada September 2020.
Baca juga: Harga Kedelai Mahal, Pemerintah Disarankan Barter dengan Minyak Sawit
Sedangkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya mencapai 19,73 persen.
Sementara rata-rata lima tahun sebesar 20 persen.
Terlepas dari kekhawatiran adanya kelebihan pasokan, negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini diperkirakan akan terus meningkatkan pembelian kedelai pada 2021.
Urgensi untuk meningkatkan cadangan strategis China terkait biji-bijian dan minyak sayur ini telah diperkuat oleh sengketa perdagangan dan pandemi Covid-19.
Sehingga, demi memperkuat langkah-langkah ketahanan pangan nasional, China pun bertekad untuk mempertahankan inventaris biji-bijian dan minyak sayur yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.
Sebelumnya, setelah setahun mencatat rekor permintaan kedelai, China diperkirakan akan melanjutkan penguatan pembelian biji kedelai pada 2021 ini.
Permintaan biji kedelai China yang melonjak pada tahun pemasaran Oktober 2020 hingga September 2021, telah menjadi pendorong utama kenaikan harga kedelai global sebesar 20 hingga 30 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Saat ini harganya berada pada kisaran 10 hingga 14 dolar Amerika Serikat per bushel.