“Ini ada peluang bagi pemerintah untuk mengoptimalkan kedelai dalam negeri, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kedelai,” ujarnya.
Atas dasar itu, Nevi menyarankan agar pemerintah harus dapat memperbaiki tata niaga kedelai dalam negeri.
Selain itu dibutuhkan kolaborasi aktif antara Kementerian dan Lembaga terkait serta melibatkan pelaku industri dan UMKM agar dapat menciptakan stabilitas harga kedelai.
“Melonjaknya harga kedelai juga dapat meresahkan pedagang kecil. Karena nanti penjual gorengan tidak dapat menjual tahu dan tempe goreng, sehingga pendapatan mereka pun bisa berkurang,” ujarnya.
Kedelai Kita 90 Persen Impor
Sekjen Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA) Ayep Zaki angkat suara soal kenaikan harga kedelai yang tadinya di kisaran Rp 7 ribu melambung hingga Rp 10 ribu.
KITA melihat naiknya harga kedelai hingga hampir 50 persen ini merupakan dampak dari lonjakan permintaan pembelian dari China.
Pasalnya selama ini, hampir 90 persen kebutuhan kedelai Indonesia dipenuhi dari impor.
"Ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mencari solusi pemenuhan kebutuhan pokok bangsa yang selalu import-oriented, khususnya kedelai," ujar Sekjen Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA), Ayep Zaki dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Senin (4/1/2021).
Organisasi yang dipimpin Maman Imanulhaq itu meminta pemerintah benar-benar menaruh perhatian serius terhadap persoalan pangan, seperti sekarang terjadi pada sektor kedelai.
KITA tidak ingin pemerintah hanya menyelesaikan persoalan pangan dengan solusi sementara tanpa fokus pada membangun kedaulatan pangan di tanah air.
"Persolan pangan atau pertanian ini perlu menjadi perhatian bersama. Jangan sampai hanya diselesaikan juga dengan solusi sementara."
"Namun fokus bersama kita adalah membangun kedaulatan pangan, tidak lagi ketergantungan dari komoditas asing. Kedaulatan pangan jangan cuma jargon saja," kata Zaki.
Tanggapan Menteri Pertanian