TRIBUNNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso membeberkan keinginannya mengekspor beras Indonesia ke pasar luar negeri di tengah polemik desakan sejumlah menteri untuk mengimpor 1 juta ton beras dari luar negeri.
"Saya punya keyakinan bahwa kita bisa ekspor karena permintaan banyak untuk ekspor ke beberapa negara," kata Budi Waseso dalam konferensi pers secara virtual, Senin (29/3/2021).
Dirinya menceritakan, pada tahun 2020 Bulog sempat menjajaki kesepakatan ekspor ke Arab Saudi. Bahkan dalam kontrak kerjasama tersebut, Bulog bakal melakukan pengiriman beras sebanyak 100 ribu ton setiap bulannya.
Namun, hal tersebut tidak dapat terealisasi akibat adanya pandemi Covid-19, yang berimbas dengan adanya lockdown di sejumlah negara.
Baca juga: Bulog: Stok Beras Nasional Masih Aman, Tembus Satu Juta Ton
"Tahun lalu kita udah kontrak dengan Saudi Arabia, waktu itu kontrak sama kita 100 ribu ton per bulan. Karena pandemi covid dan semua lockdown, kita batal," papar Buwas.
Jajaki kembali
Dirinya kembali mengatakan, pihak Arab Saudi saat ini sedang kembali menindaklanjuti penjajakan ekspor beras tersebut agar segera terealisasi.
"Sekarang dari Arab Saudi sudah minta kembali untuk bagaimana kita bisa memenuhi permintaan mereka. Ini akan saya jajaki," ucapnya.
Baca juga: Impor Beras Terus Jadi Polemik, Dirut Bulog: Mari Bicara Pakai Data
Buwas yakin, Indonesia sebenarnya sangat mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Bahkan sebagai negara agraris, seharusnya Indonesia juga bisa melakukan ekspor ke sejumlah negara.
Maka dari itu, apabila pemerintah bisa mendorong petani memproduksi beras yang berkualitas, sangat besar kemungkinannya Indonesia menjadi negara eksportir.
"Saya percaya mana kala petani kita kita dorong memproduksi beras-beras berkualitas, maka kita bisa Ekspor kedepannya," tandas Buwas.
Stok beras
Dalam kesempatan yang sama, Perum Bulog memrediksi stok beras nasional hingga Juni 2021 mencapai 1,4 juta ton.
Menurut Buwas, jumlah tersebut naik 400 ribu ton jika dibandingkan dengan stok beras per hari ini, sebesar 1 juta ton.
Dirinya juga meyakini, realisasi stok pada akhir Juni nanti bisa melebihi dari total prediksi dari perusahaan.
"Penyerapan sampai bulan Juni sebenarnya saya yakin kita akan menyerap dengan jumlah lebih dari yang kita prediksi," jelasnya.
“Paling tidak prediksi saya sampai bulan Mei atau Juni nanti kita bisa sampai 1,4 juta ton," lanjutnya.
Batas aman
Sebelumnya, hampir sebulan penuh manajemen Perum Bulog memantau pelaksanaan penyerapan gabah beras petani pada musim panen raya tahun ini. Dan akhirnya stok beras nasional mencapai satu juta ton yang merupakan batas aman Cadangan Beras Pemerintah.
Buwas menjelaskan bahwa realisasi penyerapan yang dilakukan Bulog sampai dengan akhir Maret tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
Sampai dengan tanggal 26 Maret, Bulog sudah menyerap sebanyak lebih dari 180 ribu ton setara beras produksi dalam negeri dari seluruh Indonesia.
Untuk serapan harian Bulog tahun ini rata-rata sudah mencapai 10 ribu ton per hari, dan ini akan cenderung meningkat lagi dalam beberapa minggu ke depan.
"Seperti dikatakan Bapak Presiden, diprediksi serapan kita itu diakhiri sampai bulan Juni. Karena musim panen akan berakhir pada bulan Mei," papar Buwas.
Sebelumnya, Mendag Lutfi mengatakan bahwa saat ini iron stock Bulog sudah sangat rendah, bahkan terendah sepanjang sejarah di bawah level 500 ribu ton.
Sedangkan penyerapan Bulog terhadap produksi petani sangat rendah yakni hanya 85 ribu ton dari target yang seharusnya 500 ribu ton di musim panen raya.
Maka, untuk mengantisipasi kekurangan stok hingga 2021 pemerintah akan melakukan impor beras. Namun dipastikan, impor itu tidak di saat panen raya. (Tribunnews/Bambang Ismoyo/tis)