"Saya melihatnya lebih pas di pariwisata, karena pemahaman, pengetahuan yang sama dengan perusahaan itu sangat penting," ucap Tauhid.
Baca juga: Ada Mantan Menteri Bambang Brodjonegoro dan Abdee Slank di Jajaran Petinggi Telkom
Kompetensi Individu
Sebelumnya, Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Telkom Indonesia Ahmad Reza mengatakan, setiap pengangkatan komisaris perseroan sudah mempertimbangkan kompetensi dari masing-masing individu.
Reza menyebut, Abdee Slank selama ini juga banyak berkecimpung dalam dunia digital, serta memberikan perhatian yang besar terhadap masalah hak kekayaan intelektual.
“Industri digital sangat bersinggungan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual. Dari rekam jejak, bisa diketahui bahwa beliau punya perhatian yang besar terhadap masalah Hak Atas Kekayaan Intelektual,” kata Reza.
Diketahui, Abdee saat ini juga menduduki jabatan di sejumlah perusahaan seperti Komisaris PT Sugih Reksa Indotama sejak 2020 dan Komisaris PT Negara Sains Ekosistem sejak 2021.
Abdee pun tercatat sebagai Co-Founder dan Founder di PT Hijau Multi Kreatif, Maleo Music, dan Give.ID.
Rombak Susunan Direksi dan Komisaris
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. atau Telkom merombak susunan direksi dan komisaris perseroan lewat rapat umum pemegang saham tahunan 2020 yang digelar pada hari ini.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam kesempatan tersebut menunjuk Bambang Brodjonegoro sebagai Komisaris Utama perseroan menggantikan Rhenald Kasali.
Seperti yang diketahui, belum lama ini Bambang mundur dari jabatan Menteri Riset dan Teknologi karena kementerian yang dia pimpin digabung dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Yang menarik, kali ini Menteri BUMN Erick Thohir mengangkat Abdi Negara Nurdin atau yang lebih terkenal dengan nama Abdee Slank menjadi Komisaris PT Telkom Indonesia Tbk (Persero).
Dalam RUPST 2019, TLKM memutuskan pembayaran dividen tunai senilai total Rp 15,26 triliun pada 23 Juli 2020.
RUPS memutuskan pembayaran dividen tunai itu setara 60 persen dari laba bersih tahun buku 2019. Jumlah itu setara dengan Rp11,19 triliun atau Rp 113,0361 per saham.