Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat berdasarkan Hasil Survei Perbankan yang dilakukan pada Juni 2021 mengindikasikan secara triwulanan (quarter to quarter/qtq) penyaluran kredit baru pada triwulan II 2021 tumbuh positif.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan, hal tersebut tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 53,9 persen.
Baca juga: UPDATE Corona 19 Juli 2021: Pasien Positif Tambah 34.257 Kasus, Sembuh 32.217, Meninggal 1.338
“Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru terindikasi terjadi pada seluruh jenis kredit,” jelas Erwin dalam keterangannya, Senin (19/7/2021).
“(Jenis kredit) tertinggi pada kredit modal kerja dengan SBT 45,0 persen, diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan SBT masing-masing sebesar 31,3 persen dan 13,3 persen,” sambungnya.
Baca juga: Kredit Bisa Tumbuh 4 Persen Lebih Jika PPKM Dihentikan
Sementara itu, pada triwulan III 2021 penyaluran kredit baru diperkirakan meningkat, terlihat dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 87,1 persen.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan 53,9 persen pada triwulan II 2021.
“Peningkatan tersebut akan didorong oleh kredit modal kerja, diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi,” jelas Erwin.
Baca juga: Gandeng Visa, MNC Bank Terbitkan Kartu Kredit Virtual
Standar penyaluran kredit pada triwulan III 2021 diperkirakan tidak seketat periode sebelumnya.
Hal itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) sebesar 0,3 persen, lebih rendah dibandingkan dengan 1,2 persen pada triwulan sebelumnya.
Aspek kebijakan penyaluran yang diperkirakan tidak seketat triwulan sebelumnya antara lain plafon kredit, jangka waktu kredit, perjanjian kredit, dan agunan.
Keseluruhan tahun 2021, hasil survei mengindikasikan responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit.
Responden memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2021 sebesar 6,3 persen (year on year/yoy).
Optimisme tersebut antara lain didorong oleh kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.