Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (BRI Agro) menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk dengan nama komersial Bank Raya.
Hal tersebut terjadi setelah kesepakatan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan nama tersebut efektif setelah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM.
Pada RUPSLB yang dihadiri 88,49 persen pemegang saham tersebut juga menyetujui rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD/rights issue).
Saat menggelar RUPSLB, perusahaan juga mengumumkan aspirasi baru untuk menjadi bank digital.
“Melalui Public Expose yang digelar hari ini, Perseroan menyampaikan perkembangan kinerja perusahaan, dan sekaligus mengumumkan aspirasi baru Perseroan untuk menjadi The Best Digital Bank for Agri & Beyond by Becoming House of Fintech & Home for Gig Economy,” ucap Direktur Utama BRI Agro, Kaspar Situmorang, Senin (27/9/2021).
Baca juga: Analis Sebut Aset BRI Akan Jadi yang Terbesar Setelah Rights Issue
Ia menjelaskan perusahaan sedang menjalankan proses transformasi bisnis model baru serta membenahi bisnis yang sudah ada.
Arah transformasi tersebut akan menyasar segmentasi pasar yang baru yaitu untuk memberikan layanan terhadap sektor Gig Economy (sektor pekerja informal).
Kaspar menjelaskan Digital Journey BRI Agro akan melakukan transformasi berdasarkan tiga pilar.
Pertama, Digital, yaitu pengembangan produk digital baik dari sisi lending dan saving secara end-to-end sebagai aspirasi digital attacker BRI Group.
Kedua, Digitize yaitu proses bisnis digitalization yang merupakan pengembangan bisnis yang dilakukan secara O2O (online to offline).
Baca juga: Lowongan Kerja Bank BRI Limboto Gorontalo Dibuka hingga 30 September 2021, Cek di lokerbumn.com
Ketiga, Revamp, yaitu penataan kembali bisnis yang telah ada yang difokuskan pada shifting portofolio, revamp branch, serta mengoptimalkan efisiensi proses bisnis.
Kaspar juga mengatakan, bahwa kinerja perusahaan diperkirakan akan mengalami perlambatan dikarenakan dengan upaya Perseroan untuk menata kembali portofolio bisnisnya menjadi fokus pada pengembangan bisnis digital.
Untuk itu, di semester dua tahun ini Perseroan telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi hingga akhir tahun 2021 untuk membawa bank kembali ke tingkat yang lebih sehat.
“Harapannya mulai tahun 2022 Perseroan telah siap sepenuhnya memasuki era bisnis digital,” ungkap Kaspar.
“Langkah transformasi ini tetap memperhatikan good corporate governance, pengelolaan manajemen risiko dan persyaratan kecukupan pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh regulator,” ujarnya.