News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Saham BUMN Banyak Diburu Investor Asing, Berikut Saham yang Masuk Kategori Blue Chip

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Saham-saham sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) pada kuartal IV 2021 diperkirakan moncer.

Alasannya, banyak investor asing yang memburu saham perusahaan pelat merah tersebut.

Selain itu, valuasinya juga banyak yang murah.

Sebagai contohnya dalam seminggu yang lalu saham BBRI, BMRI, TLKM, PTBA dan PGAS menjadi saham dengan total net buy investor asing terbesar.

Seperti dikutip Kontan.co.id, memasuki kuartal keempat, harga saham-saham BUMN juga cenderung menguat. Meski demikian, kalau dilihat sejak awal tahun, masih banyak saham BUMN yang terkoreksi.

Sementara itu, sebagian besar saham blue chip mencatatkan kenaikan harga pada tahun ini.

Baca juga: IHSG Sore Ini Ditutup Menguat, Inilah 10 Saham dengan Net Buy Tertinggi oleh Investor Asing

Simak rekomendasi saham blue chip yang masih bagus untuk dikoleksi.

Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya.

Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.

LQ45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Indeks LQ45 menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Baca juga: Pagi Ini IHSG Dibuka Melemah, Asing Bukukan Net Buy

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, laju indeks LQ45 sejak awal tahun tercatat naik 3,84%. Lebih jauh, sebanyak 22 saham mengalami kenaikan harga, lalu sebanyak 21 saham masih mengalami penurunan harga, dan 1 saham bergerak stagnan.

Menilik data Bloomberg, jika diurutkan dari sub sektornya pertumbuhan harga saham dipimpin sub sektor minyak, gas, dan batubara seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Lalu, sub sektor telekomunikasi yang berisikan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Selanjutnya berasal dari sektor barang baku yang berisikan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS). Kemudian, sub sektor bank dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara untuk saham yang mengalami penurunan harga, terbanyak berasal dari sub sektor barang baku. Terdapat 7 emiten dari sub sektor tersebut yang mencatatkan penurunan harga, antara lain PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Baca juga: IHSG Bersiap Tembus Rekor Tertinggi, Ini Deretan Saham yang Direkomendasikan

Sementara, penurunan terdalam dicatatkan sub sektor konstruksi bangunan, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP). Masing-masing turun 32,99% dan 32,97% sejak awal tahun.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyebutkan kenaikan pada harga saham komoditas disebabkan transformasi energi dari fosil menjadi energi terbarukan yang belum bisa diadaptasi seluruhnya dalam waktu singkat.

Sehingga menurutnya, ada ekspektasi masih akan menggunakan energi fosil. "Itu yang mengakibatkan permintaan akan energi fosil mengalami kenaikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (24/10).

Rekomendasi saham komoditas

Ia juga memproyeksikan hingga tutup tahun harga komoditas masih akan mengalami kenaikan, didukung permintaan yang kuat. Karenanya, ia menilai kinerja emiten-emiten batubara masih akan mengalami kenaikan.

Untuk penurunan pada sub sektor bahan baku, Nico mencontohkan dari perusahaan semen, menurutnya untuk konsumsi semen nasional masih akan mengalami pertumbuhan. Bahkan, pada Agustus lalu penjualan semen tumbuh 5,70% atau 40,5 juta ton.

"Ini menunjukan momentum pertumbuhan di sektor ini masih ada meskipun masih ada PPKM. Hanya saja, penurunan yang terjadi itu akibat rotasi sektor lantaran ada sektor lain yang lebih memberikan keuntungan," sebutnya.

Walau begitu, ia meyakini saham-saham tersebut tidak akan ditinggalkan melainkan dikurangi eksposurnya.

Pihaknya juga melihat untuk jangka panjang, sub sektor bahan baku masih akan terus bertumbuh seiring adanya pemulihan ekonomi di kuartal IV dan awal 2022.

Di sisi lain, Nico menyarankan untuk mencermati saham MDKA dan ANTM lantaran di tengah kondisi ketidakpastian saat ini emas memang banyak diburu.

Namun, seiring dengan pemulihan ekonomi ia menilai orang akan melepas aset amannya untuk masuk ke aset yang lebih berisikko dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

Secara umum, Nico bilang untuk saham-saham indeks LQ45 yang masih turun beberapa di antaranya masih menarik.

Dia mencontohkan, pertama ACES. Menurutnya, dengan transformasi ACES pada bidang digital menjadi salah satu kelebihan dari ACES sehingga masih bisa bangkit.

Lalu, JSMR dengan pemulihan ekonomi yang juga akan turut membuka mobilitas masyarkat juga akan mendorong penggunaan jalan tol.

Selain itu, menjelang liburan akhir tahun dan juga progres vaksinasi yang terus digenjot pemerintah dinilainya akan menjadi sentimen positif untuk JSMR.

Selanjutnya, ICBP yang walaupun saat ini dinilainya masih dalam masa konsolidasi karena akan menerbitkan global bond untuk menutupi biaya akuisisi Pinehill.

Ia bilang, untuk jangka pendek memang masih akan mengalami tekanan akibat leverage yang mengalami kenaikan.

"Namun, untuk jangka menengah dan panjang prospek bisnis ICBP masih bagus," tuturnya.

Kemudian, ia menilai emiten LQ45 yang masih menarik adalah saham PGAS. Menurutnya saham PGAS tersebut dalam jangka waktu pendek dan menengah kinerjanya akan mencoba lebih stabil setelah sebelumnya berada di rentang harga Rp 1.000 - Rp 1.250 yang cukup lama.

Secara keseluruhan, Pilarmas Investindo rekomendasi saham BBCA dengan target harap Rp 7.750.

Sedangkan rekomendasi saham BMRI dengan harga Rp 8.000, BBRI Rp 4.650, EXCL Rp 3.550, JSMR Rp 5.100, TLKM Rp 4.450, PTBA Rp 3.250, ASII Rp 6.800, dan TBIG Rp 3.200.

Itulah rekomendasi saham blue chip untuk dicermati investasor pada trading hari ini, Senin 25 Oktober 2021. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri. (Sugeng Adji Soenarso)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini