News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tahun Depan Haga Rokok Naik, AMTI Prediksi Ribuan Tenaga Kerja Bisa Kena PHK

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Demonstran yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) melakukan teatrikal saat aksi unjuk rasa di depan Kementerian Sekretariat Negara, di Jakarta

TRIBUNNEWS.COM --Rencana pemerintah menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan diperkirakan akan memunculkan permasalahan baru.

Ribuan tenaga kerja di industri hasil tembakau (IHT) menjadi terancam apabila kenaikan cukai rokok pada 2022 benar-benar diberlakukan.

Ketua Bidang Media Center Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Hananto Wibisono mengatakan,

pemerintah harus mempertimbangkan kondisi perekonomian masyarakat yang masih dalam tahap pemulihan.

Baca juga: Ingin Hentikan Kebiasaan Merokok, Benarkah Tembakau Alternatif Bisa Jadi Solusi?

"Kalau kita melihat dan mencoba memotret masyarakat khususnya petani tembakau, IHT dan konsumen sangat terdampak pandemi.

Bagaimana kalau ditambah dengan kenaikan cukai? Akan banyak pengurangan tenaga kerja dan pengangguran baru," kata Hananto melalui keterangan tertulis, Minggu (14/11/2021).

Hananto bilang, rencana kenaikan cukai pada 2022 akan berdampak juga terhadap sigaret kretek tangan (SKT) yang padat karya dan banyak memperkerjakan tenaga kerja perempuan dengan tingkat pendidikan dasar.

Kenaikan cukai akan mengerek harga rokok yang berakibat turunnya jumlah permintaan.

Pabrikan pun akan mengurangi produktivitas yang berimbas pada pengurangan tenaga kerja yang terlibat di IHT, khususnya segmen SKT.

Tak hanya itu, penurunan produktivitas juga menyebabkan permintaan pasokan tembakau dan cengkih berkurang. Hal ini berpotensi menurunkan kesejahteraan petani tembakau dan cengkih.

Baca juga: 100 Ahli Minta FCTC Ubah Pendekatan Pengendalian Tembakau

"Jadi dampaknya dari hulu sampai hilir. Yang sangat terancam di tingkatan buruh, pengurangan tenaga kerja bisa terjadi.

Pemerintah seharusnya berkaca pada kenaikan cukai pada tahun 2020 lalu yang mana dampak pada elemen-elemen baik buruh dan petani sangat jelas terlihat," ujar Hananto.

Sementara itu, Dosen Departemen Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta AB Widyanta menambahkan, rencana kenaikan cukai terjadi lantaran pemerintah tidak pernah mendengarkan keluhan masyarakatnya.

Pemerintah dinilai mengabaikan dampak ekonomi dan sosial yang akan dirasakan buruh hingga petani tembakau dan cengkih apabila cukai dikerek naik.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini