Upiak berujar bahwa saat ini harga telur di warung lontongnya naik menjadi Rp 3 ribu.
"Karena harga telur naik, maka satu butir telur bulat saya jual Rp 3 ribu, sebelumnya hanya Rp 2 ribu," kata dia.
Lebih lanjut, seorang pemilik warung di Desa Rawang, Rafki (49) mengatakan bahwa ia menjual satu butir telur ayam ras saat ini ialah Rp 2 ribu.
"Beli di pasar, satu papannya mencapai Rp 55 ribu," ujar Rafki.
Sebelumnya, kata dia, harga satu butir telur ayam yang ia jual hanya Rp 1.700 perbutir atau Rp 5 ribu untuk 3 butirnya.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan menilai kenaikan harga ini adalah pencapaian yang buruk.
Diharapkan, kedepannya pemerintah dapat mengantisipasi naiknya harga telur dengan strategi design telur dan ayam yang lebih baik.
"Komoditas yang cukup mengagetkan masyarakat khususnya emak-emak ini, membuat kita semua menjadi cukup sulit menghadapi perpindahan tahun ini. Jujur kami Ikatan Pedagang Pasar Indonesia tidak menduga bahwa kenaikan harga pangan yang relatif panjang dan tinggi ini terjadi di akhir tahun 2021,"
"Catatan ini membuat kami memberikan rapor merah kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Kami berharap agar kita bersama-sama menjaga agar harga pangan tidak tinggi dan masyarakat atau konsumen tidak kesulitan mendapatkan pangan," imbuhnya.
Sebagian artikel ini tayang di Tribun Jakarta dengan judul Kenaikan Harga Minyak, Cabai dan Telur Ternyata Tidak Wajar, IKAPPI Salahkan 2 Kementerian