Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pemulihan ekonomi yang terjadi di Eropa, sekalipun lambat, tapi tetap berjalan secara konsisten.
Menurut dia, Bank Sentral Eropa tetap melihat inflasi tahunan akan berada di kisaran 3,2 persen di tahun 2022.
"Meskipun Omicron menghadang, Bank Sentral Eropa yakin bahwa pengaruhnya akan terbatas setidaknya hanya hingga tahun ini," ujar dia melalui risetnya, Selasa (4/1/2022).
Namun, apabila ternyata dampaknya ternyata lebih besar dari yang bisa diharapkan, tentu saja Bank Sentral Eropa siap untuk mengubah kebijakannya lebih cepat dari perkiraan.
Baca juga: Omicron Apakah Berbahaya Buat Pemulihan Ekonomi Dunia? Begini Pendapat Analis
"Tentu saja hal ini pemirsa, memberikan kita suatu indikasi yang baik, meskipun bank sentral memiliki rencana untuk menaikkan tingkat suku bunga. Namun, semua Bank Sentral di dunia, The Fed sekalipun juga siap untuk melonggarkan," kata Nico.
Baca juga: 4.000 Jadwal Penerbangan di Seluruh Dunia Dibatalkan karena Merebaknya Omicron
Menurutnya, hal ini memberikan sebuah gambaran bahwa bank sentral jauh lebih fleksibel untuk menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan.
Pemulihan ekonomi juga mulai terjadi di Asia Tenggara seperti Singapura. Bahkan prosesnya berjalan lebih cepat dalam kurun waktu 3 bulan terakhir di 2021 lalu.
Baca juga: Terdeteksi di Jakarta, Surabaya, hingga Bali, Apa yang Harus Dilakukan untuk Cegah Omicron
Dengan konsep pelonggaran yang dilakukan, telah membuat manufaktur berada di titik paling kuat untuk mendorong perekonomian selama 1 tahun penuh, di mana merupakan pertumbuhan tercepat dalam lebih dari 10 tahun terakhir.
"Pertumbuhan ekonomi meningkat sebanyak 2,6 persen, mengalahkan proyeksi rata rata yang di mana hanya berada di 2,1 persen. Peningkatkan kuartal terakhir pada 2021 kemarin telah mendorong pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi 7,2 persen, tercepat sejak 2010 setelah sebelumnya mengalami pelemahan pada 2020," tutur Nico.
Thailand memproyeksikan perekonomiannya akan tumbuh 3 persen hingga 5 persen pada 2022.
Meskipun ada potensi pembatasan aktivitas masyarakat akan kembali dilakukan, tapi cakupan vaksinasi yang luas akan mendorong keyakinan dalam melakukan pembukaan mobilitas masyarakat.
Nico menambahkan, pemulilhan ekonomi Singapura ditopang oleh kenaikkan harga akan mengerek inflasi, di mana mendorong kebijakan untuk memperketat dari sisi moneter pada pertemuan April mendatang.
"Perekonomian Singapura kuartal terakhir pada tahun ini diproyeksi tumbuh 5,9 persen dibanding periode sama tahun lalu. Yuk, semoga kita (Indonesia) jangan mau kalah dari Singapura ya," pungkasnya.