Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, dampak invasi militer Rusia terhadap Ukraina akan mengerek harga-harga barang konsumsi, sehingga daya beli masyarakat tergerus dan ekonomi akan terganggu.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia juga mesti ekstra waspada karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan berisiko terpapar konflik Rusia-Ukraina jika Pemerintah tidak antisipatif.
"Keuangan pemerintah pasti akan terganggu. Penerimaan bisa turun karena penurunan pertumbuhan ekonomi," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (24/2/2022).
Selain itu, pengeluaran atau belanja negara bisa bertambah, karena pemerintah akan mengambil langkah-langkah stimulus untuk membantu masyarakat.
Baca juga: Terus Naik, Harga Minyak Melewati Ambang Psikologis 100 Dolar AS Per Barel
Lebih lanjut, Ariston mengungkapkan, bila perang di Eropa Timur semakin meluas, ini akan mendorong pasar menarik diri dari aset-aset berisiko, termasuk Indonesia.
Hal ini dinilainya akan mendorong yield atau tingkat suku bunga di aset berisiko meninggi, sehingga biaya peminjaman uang akan meningkat.
Baca juga: Harga Bitcoin dan Mata Uang Kripto Anjlok, Dampak Rusia Lancarkan Operasi Militer ke Ukraina
Kemudian, dia menambahkan, harga energi dan komoditas lainnya juga sudah meningkat sejak rencana invasi Rusia ke Ukraina beberapa waktu lalu.
"Dengan serangan yang baru dimulai ini, harga komoditi semakin meningkat. Harga energi dan komoditi yang diproduksi Rusia yakni minyak mentah, gas, serta harga logam nikel, baja, emas, paladium, platinum, alumunium, tembaga, dan kobalt akan mengalami kenaikan," pungkas Ariston.