Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM – Mengantisipasi kepungan Rusia yang makin meluas, membuat Ukraina harus memutar otak untuk membangun pertahanan militer hingga ekonomi yang lebih kuat, salah satunya dengan menjual obligasi perang.
Sejak invasi militer Rusia terhadap Ukraina, roda perekonomian masyarakat Ukraina runtuh.
Demi menutupi kesenjangan pembiayaan negara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tengah berupaya menerbitkan obligasi yang dinamai war bond atau obligasi perang.
Baca juga: PROFIL Andrei Sukhovetsky, Jenderal Top Rusia yang Tewas Ditembak Sniper Ukraina
Sukses menjual obligasi perang pada gelombang pertama dengan mengantongi 8,1 miliar hryvnia atau sekitar 277 juta dolar AS, membuat pemerintah Ukraina berencana melakukan penjualan obligasi perang yang kedua untuk membiayai angkatan bersenjata dan warga sipilnya.
“Kami melihatnya sebagai hasil yang baik, dan kami akan melanjutkan lebih jauh," ujar Yuriy Butsa, komisaris pemerintah Ukraina.
Baca juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Kritik NATO: Semua Orang akan Mati karena Anda
Melansir data bloomberg, obligasi perang tergolong dalam instrumen hutang yang dijual untuk membiayai operasi militer di masa perang. Berbeda dari obligasi lainnya, obligasi perang cenderung dijual dengan harga yang rendah dengan jatuh tempo yang lebih lama daripada surat piutang lainnya.
Penjualan obligasi perang ini sengaja di maksudkan Ukraina untuk crowdfunding atau menggalang dana yang lebih pada pasar internasional, terlebih ditengah adanya krisis moneter akibat pandemi virus corona dan invasi dari Rusia.
Yuri Butsa yang mewakili pemerintah Ukraina menyebut, rencananya obligasi perang akan mulai dijual pada 8 Maret mendatang. Negara pimpinan Volodymyr Zelensky tersebut, juga berniat menerbitkan obligasi mata uang asing guna mengumpulkan uang agar terpenuhinya perlengkapan militer serta bantuan kemanusiaan seperti pakaian dan selimut untuk masyarakatnya.
Penggalangan dana dengan cara seperti ini sebelumnya juga pernah dilakukan di berbagai negara, seperti tahun 2012 lalu Yunani diketahui telah menjual "obligasi diaspora" untuk menarik dana dari warga yang tinggal di luar negeri selama adanya krisis utang.
Di 2020, penasihat ekonomi AS Larry Kudlow mengajukan penjualan penjualan utang yang strukturnya mirip dengan obligasi perang, untuk membantu perekonomian negaranya akibat pandemi virus corona.
Meski nilai pembayaran hutang atas obligasi ini sangat susah untuk diprediksi akibat volatilitasnya yang tinggi, namun pemerintah Ukraina yakin cara ini dapat membantu menutupi pengeluaran negaranya selama berlangsungnya konflik dengan Rusia.